Banjir Bengawan Solo kalau kondisi normal dalam tiga hari sudah surut. Tapi kalau air laut pasang maka perjalanan air banjir yang masuk ke laut menjadi lambat,"
Bojonegoro (ANTARA News) - Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan banjir luapan Bengawan Solo di hilir Jatim, mulai Bojonegoro, sampai Gresik lambat surutnya karena air laut pasang.

"Banjir Bengawan Solo kalau kondisi normal dalam tiga hari sudah surut. Tapi kalau air laut pasang maka perjalanan air banjir yang masuk ke laut menjadi lambat," kata Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Bengawan Solo di Bojonegoro, Mucharom, Rabu.

Ia memperkirakan perjalanan air banjir luapan Bengawan Solo di daerah hilir Jatim masih akan berjalan lambat dalam beberapa hari karena pengaruh air laut pasang.

"Meskipun di Bojonegoro air Bengawan Solo sudah surut, tapi di daerah hilirnya masih akan naik," katanya, menegaskan.

Sesuai data di UPT Bengawan Solo, ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro turun menjadi 15,14 meter (siaga III-merah), Senin pukul 18.00 WIB.

Ketinggian Bengawan Solo di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari Kota Bojonegoro dibawah siaga banjir dengan ketinggian 26,98 meter.

"Ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro tertinggi sempat mencapai 15,19 meter, pukul 12.00 WIB. Sesuai data turunnya air rata-rata hanya 1 centimeter per jamnya," ujarnya.

Sementara itu, ketinggian air di Babat dalam waktu bersamaan mencapai 8,50 meter (siaga III), Plangwot 6,00 meter (siaga III), Karanggeneng 4,56 meter (siaga III) dan Kuro 2,36 meter (siaga II) yang semuanya di Lamongan.

Ia juga menjelaskan konstribusi debit air sejumlah anak sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, juga ikut mempengaruhi besarnya debit banjir di daerah hilir Jatim.

"Padahal Sudetan Plangwot Lamongan ke laut Jawa berfungsi normal mampu mengalirkan debit banjir 645 meter kubik/detik," tegasnya.

Oleh karena itu, ia meminta daerah hilir Jatim tetap meningkatkan
kewaspadaan, sebab kalau sewaktu-waktu di daerah hulu Jawa Tengah (Jateng) dan Kali Madiun terjadi banjir akan bisa menimbulkan banjir besar di hilir seperti banjir awal 2008.

Data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro mencatat genangan banjir di daerah setempat masih merendam sejumlah kecamatan, di antaranya Kecamatan Kota, Kapas, Kanor, dan Baureno.

Bahkan, tanggul di Kecamatan Kanor mengalami kondisi kritis dan terancam jebol karena bocor dan tanggul Kali Inggas di Kanor juga jebol akibat banjir.(*)

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013