Tikrit, Irak (ANTARA News) - Empat pembom bunuh diri menyerang sebuah stasiun televisi lokal di Tikrit, sebelah utara Baghdad, Senin, menewaskan lima wartawan, kata polisi.

Korban tewas terdiri dari kepala pemberitaan televisi Salaheddin, pemeriksa naskah, produser, presenter dan manajer arsip, kata mereka.

Lima karyawan lain cedera dalam serangan tersebut.

Dua dari pelaku serangan itu meledakkan diri, dan pasukan keamanan membunuh dua pembom lain ketika mereka menyerbu bangunan tersebut.

Pemboman itu berlangsung setelah serangan militan pada 16 Desember di markas dewan kota Tikrit yang menewaskan seorang anggota dewan dan dua polisi.

Irak berulang kali dikecam karena kurangnya kebebasan media dan banyaknya kasus pembunuhan wartawan yang tidak terpecahkan.

Dengan pembunuhan terakhir itu, 12 wartawan Irak tewas dalam serangan-serangan dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan.

Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.

Menurut data PBB, hampir 1.000 orang tewas pada Oktober dalam serangan-serangan di Irak.

Hampir 900 orang sipil tewas di Irak pada September, menurut misi PBB di Irak.

Kekerasan Senin itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni, demikian AFP.

(Uu.M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013