Kami menemukan kuburan massal di Bentiu, di Negara Kesatuan, dan ada laporan dua lagi kuburan massal di Juba,"
Jenewa (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa mengatakan sekitar 75 jasad telah ditemukan di satu pemakaman massal di Bentiu yang dikuasai pemberontak, ibu kota Negara Persatuan Sudan Selatan yang kaya minyak, menyusul peningkatan kekerasan di negara termuda di dunia itu.

"Kami menemukan kuburan massal di Bentiu, di Negara Kesatuan, dan ada laporan dua lagi kuburan massal di Juba," katu Ketua Hak Asasi Manusia PBB Navi Pillay dalam satu pernyataan.

Juru bicara Pillay mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP kuburan massal di Bentiu berisi sekitar 75 jasad.

Pillay menyatakan keprihatinan yang besar atas pembunuhan berlatar belakang etnis yang melanda Sudan Selatan selama lebih sepekan sementara pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir bertempur melawan mereka yang mendukung saingannya Riek Machar, seorang mantan wakil presiden yang dipecat pada Juli.

Angka resmi menyebutkan 500 orang meninggal selama beberapa hari walaupun jumlah itu ditakutkan jauh lebih tinggi, kata para pekerja bantuan. Para saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa telah terjadi gelombang penyiksaan, termasuk pembunuhan dan pemerkosaan massal.

Kekerasan itu juga merembet ke pertikaian antaretnis antara suku Dinka asal Kiir melawan suku Nuer asal Machar.

Akibat dari pertempuran tersebut, pangkalan-pangkalan PBB di Juba, ibu kota Sudan Selatan, dan di seantero negeri itu telah dibanjiri sedikitnya 45.000 warga sipil. Di antara mereka mengatakan telah terjadi pembunuhan brutal dan pemerkosaan oleh pasukan pemerintah.

Pillay mengatakan pihaknya telah mencatat pembunuhan massal, penyiksaan dan penahanan telah terjadi dalam beberapa hari terakhir.

"Perlu pernyataan jelas dan langkah jelas dari semua pihak yang memiliki posisi di bidang politik dan militer bahwa pelanggaran hak asasi manusia tidak akan ditolerir dan mereka yang bertanggung jawab akan diadidli," kata dia.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon telah meminta Dewan keamanan untuk menggandakan jumlah misi PBB di negeri itu.

Dua anggota pasukan pemerlihara perdamaian PBB dari India tewas pekan lalu ketika sejumlah orang bersenjata menyerbu satu kompleks PBB di negara bagian Jonglei, tempat warga sipili berlindung.

(M016)-moon

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013