Menyenangkan sekali rasanya bisa melihat cara kerja Gubernur, terutama ketika melalukan pendekatan dengan warganya, yaitu dengan mendatangi kampung-kampung secara langsung"
Jakarta (ANTARA News) - Pada periode pertama masa kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berbagai program pembangunan di ibukota telah dilaksanakan.

Rangkaian program pembangunan Jakarta yang dirancang pasangan tersebut sejak masa kampanye mereka yang dikenal dengan "Jakarta Baru" perlahan mulai diwujudkan melalui langkah-langkah nyata.

Pada awal kepemimpinannya, Jokowi dan Ahok langsung menggebrak dengan merealisasikan dua program unggulan, yaitu kesehatan gratis melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diluncurkan pada 10 November 2012 dan pendidikan gratis melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang dirilis pada 1 Desember 2012.

Kedua program ini dijalankan tidak lama setelah keduanya dilantik pada 15 Oktober 2012.

Meskipun masih baru dalam birokrasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jokowi dan Ahok sebetulnya memiliki latar belakang dan pengalaman terbilang cukup.

Sebelum menjadi Gubernur, Jokowi adalah Walikota Surakarta, Jawa Tengah. Tak jauh beda, Ahok menjabat Bupati Belitung Timur sebelum menjadi Wakil Gubernur DKI.

Kedua pemimpin ini berbagi tugas. Jokowi lebih suka turun ke lapangan untuk langsung meninjau masalah-masalah ibukota lewat apa yang kemudian disebut  "blusukan", sementara Ahok lebih sering berada di kantor untuk menggordinasikan jajaran pemerintahanya, termasuk dengan memimpin rapat.

"Kalau bisa diumpamakan, saya yang pergi ke pasar untuk mencari dan membeli bahan-bahan, sedangkan Pak Basuki yang bertugas di dapur untuk mengolah bahan-bahan itu dengan baik. Jadi, yang saya lakukan bersama dengan Pak Basuki ini namanya kerja sama. Begitu kira-kira," kata Jokowi.

Jokowi meyakini pembagian tugas seperti ini dapat mempercepat proses pekerjaan sehingga program-program kerja bisa segera direalisasikan tanpa membuang waktu.

Gebrakan 2013

Jokowi dan Ahok juga tak jarang melakukan sejumlah gebrakan sepanjang 2013. Salah satunya, menata pedagang kaki lima (PKL) di  Blok G, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Sebelumnya, kawasan niaga di Tanah Abang ini tidak terurus dan sepi pedagang. Namun, setelah Jokowi  "blusukan" beberapa kali di kawasan ini, Blok G pun diperbaiki sedemikian rupa sehingga menjadi lebih bersih, rapi, dan tertib.

Negosiasi, komunikasi, dan pendekatan Jokowi membuat para pedagang bersedia dipindahkan ke dalam kios-kios yang sudah disediakan di Blok G.

Program penataan PKL serupa diterapkan di Pasar Minggu, Pasar Jatinegara, dan Pasar Gembrong. Pemprov DKI juga memberi kesempatan kepada PKL untuk mengembangkan usahanya melalui kegiatan Kaki Lima Night Market yang rutin digelar setiap Sabtu malam di sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Pengamat perkotaan Nirwono Joga memuji keberhasilan Jokowi dalam menata kota, terutama yang dimulai dari penataan PKL.

"Dalam tahun pertama masa kepemimpinan Jokowi-Ahok, ada kelebihan dan kekurangan yang saya catat. Salah satu kelebihan itu, yakni keberhasilan mereka dalam menata, merelokasi para pedagang yang tadinya berjualan di pinggir jalan, akhirnya mau direlokasi ke tempat yang sudah disediakan," ujar Nirwono.

Jokowi dan Ahok juga membuat gebrakan lain berupa reformasi birokrasi melalui seleksi dan promosi terbuka yang biasa disebut lelang jabatan.

Mulainya untuk jabatan camat dan lurah di seluruh wilayah Provinsi DKI, kemudian diperluas ke jabatan kepala sekolah tingkat SMA dan SMK serta kepala puskesmas tingkat kecamatan.

"Lelang jabatan merupakan terobosan baru karena ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Meskipun memang belum bisa diketahui secara jelas bagaimana hasil kerja para peserta yang lulus lelang itu, langkah Pemprov ini patut diapresiasi," tutur Nirwono.

Nirwono juga menyoroti keberhasilan Jokowi dan Ahok dalam mengeruk sejumlah waduk, terutama terkait dengan relokasi warga yang tinggal di bantaran, sehingga proses pengerukan berjalan lancar.

"Pertama, mulai dari relokasi warga di bantaran Waduk Pluit ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda. Kemudian, ini juga diterapkan untuk warga di sekitar Waduk Ria Rio dan juga Waduk Tomang. Langkah ini pun pantas mendapat apresiasi," ungkap Nirwono.

Dari segi transportasi, dia mengapresiasi kebijakan Jokowi dan Ahok dalam meneruskan pembangunan dua transportasi berbasis rel, yaitu Mass Rapid Transit (MRT) dan monorel.

"Walaupun hasilnya tidak bisa kita rasakan dalam waktu dekat, paling tidak Jakarta akan memiliki angkutan massal yang berbasis rel sehingga tidak kalah dengan kota-kota lain di dunia," tambah dia.

Banyak pihak memuji keberhasilan Jokowi, termasuk gaya "blusukan"-nya. Bahkan, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scott Marciel mengagumi cara Jokowi melakukan sosialisasi kepada warga Jakarta.

"Menyenangkan sekali rasanya bisa melihat cara kerja Gubernur, terutama ketika melalukan pendekatan dengan warganya, yaitu dengan mendatangi kampung-kampung secara langsung. Sepertinya kami bisa belajar dan menerapkannya di negara kami," kata Scott dalam suatu kesempatan "blusukan" bersama Jokowi di salah satu wilayah perkampungan di Jakarta.

PR tahun depan

Meskipun berbagai program sudah mulai dilaksanakan tahun ini, masih ada sejumlah persoalan ibukota yang harus diselesaikan.

Nirwono menggarisbawahi dalam tahun pertama masa kepemimpinan Jokowi - Ahok, penanganan kemacetan dan banjir di Jakarta masih belum signifikan, yang disebutnya pekerjaan rumah yang harus diselesaikan tahun depan.

"Begitu pula dengan kelanjutan dari seluruh program yang sudah dilakukan pada tahun ini," kata dia.

Dari segi penanganan kemacetan, Jokowi - Ahok berjanji mengadakan 3.000 unit busuntuk tahun depan, baik berupa bus sedang maupun bus Transjakarta. Lalu, ada pula janji pengadaan bus tingkat gratis untuk keperluan pariwisata.

Tahun depan juga akan ada kebijakan pembatasan kendaraan pribadi melalui sistem jalan berbayar elektronik atau Electronic Road Pricing (ERP).

Sementara dari segi penanganan banjir, pengerukan baru dilakukan terhadap tiga waduk saja, padahal di Jakarta ada 42 waduk dan 14 situ yang kondisinya relatif parah dan harus segera dikeruk agar bisa kembali berfungsi dengan baik sebagai daerah tampungan air.

Proses relokasi warga di bantaran waduk pun belum sepenuhnya selesai. Di Waduk Pluit misalnya, masih ada warga di sisi timur waduk yang belum direlokasi karena menunggu penambahan sejumlah blok di Rusun Muara Baru.

"Secara umum, dua persoalan mendasar, yakni macet dan banjir belum terselesaikan. Langkah penanganannya pun belum signifikan. Macet dan banjir masih terjadi di mana-mana. Oleh karena itu, tahun depan, penanganan kedua masalah tersebut harus lebih difokuskan lagi," ungkap Nirwono.

Ahli tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supiyatna juga mengapresiasi berbagai langkah atau terobosan Jokowi - Ahok sepanjang 2013. Akan tetapi, dia menilai langkah-langkah tersebut masih belum menyentuh akar masalah.

"Pembangunan MRT dan monorel memang sudah dimulai tahun ini, tapi kan hasilnya baru bisa kita rasakan beberapa tahun lagi. Tidak jauh berbeda dengan langkah penanganan banjir yang hasilnya belum bisa dirasakan dalam waktu dekat. Maka, perlu dilakukan langkah penanganan yang lebih menyentuh ke akar permasalahan," tambah Yayat.

Persoalan lain yang menjadi PR Jokowi - Ahok tahun depan adalah pengerukan waduk dan sungai, realisasi jalan bebas lubang atau zero hole, pembangunan 2.000 sumur resapan, penataan kampung, dan pembangunan sejumlah rusun.

Jokowi mengakui tahun depan akan lebih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Dia meminta masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan kota Jakarta yang lebih baik.

Menurut dia, masalah ibukota adalah juga masalah seluruh warga.

"Pembangunan kota ini jangan hanya tergantung kepada Gubernur, Wakil Gubernur jajaran Pemprov DKI saja karena justru sebetulnya peran terbesar itu ada di masyarakat. Kalau masyarakat tidak mau ikut merawat dan memelihara, semua upaya pembangunan akan jadi sia-sia," pungkas Jokowi.

Jalan menuju "Jakarta Baru" masih sangat panjang, tapi juga bukan mustahil terwujudkan. Komitmen, koordinasi, dan kerja sama yang kuat antara Pemprov DKI dan masyarakat akan menjadi kunci untuk memuluskan jalan ini.

Oleh Cornea Khairany
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013