Intruksi tersebut disampaikan Presiden SBY saat kegiatan Indonesian Palm Oil Confrence (IPOC) beberapa minggu lalu,"
Pekanbaru (ANTARA News) - Harga tandan buah segar CPO Riau pada tahun 2014 diprediksi tembus sebesar Rp2.000 per kg dibanding akhir 2013 sebesar Rp1.963 per kg antara lain dampak instruksi Presiden SBY untuk menggunakan biodiesel dalam kebijakan energy nasional ke depan.

"Intruksi tersebut disampaikan Presiden SBY saat kegiatan Indonesian Palm Oil Confrence (IPOC) beberapa minggu lalu," kata Kepala Dinas Perkebunan Riau, Zulher di Pekanbaru, Kamis.

Menurut Zulher, instruksi tersebut akan berdampak pada pembangunan investasi industri hilir kelapa sawit menjadi biodiesel yang akan mengkonsumsi bahan baku Crude Palm Oil (CPO) dalam negeri yang lebih banyak.

Prediksi harga CPO Riau makin membaik juga akibat kebijakan dan implementasi Brazil, Argentina, China, dan India untuk mengimpor CPO lebih banyak dari tahun sebelumnya dari Indonesia.

"Impor itu akan diyakini memicu pengembangan biodiesel disamping an memenuhi kebuuthan dalam negeri," katanya.

Ia menyebutkan, bahwa Brazil akan menggunakan CPO untuk meningkatkan penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar energy (BBE) nasionalnya.

Kini, katanya lagi, Brazil telah menggunakan 10 persen BBE dari biodiesel itu dan ke depan Brazil akan meningkatkan penggunaan biodiesel sekaligus meningkatkan pasokan CPOnya dari Indonesia.

Di samping itu turut mendongkrak kenaikan harga CPO Riau adalah permintaan impor India yang juga mengalami peningkatan.

"India membutuhkan lebih banyak impor CPO karena permintaan minyak nabati di India diperkirakan juga meningkat pesat dari sekitar 7,7 juta ton menjadi 18 juta ton," katanya dan meragukan India bisa saja memilih minyak nabati dari negara lain jika Indonesia dan Malaysia yang selama ini menjadi negara pemasok CPO mengenakan pajak ekspor.

Faktor lainnya yang akan turut memicu naiknya harga CPO Riau berdasarkan rilis harga dari Bursa Derivatif Malaysia, dimana harga CPO Malaysia untuk tahun 2014 diprediksi akan berada pada level RM2.600- RM2.900.

Oleh karena itu Zulher optimistis industri subsektor perkebunan dan industri hilir kelapa sawit Riau akan terus berkembang seiring dengan perkembangan permintaan ekspor tersebut.

"Kini saatnya untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas CPO dalam negeri sehingga petani kelapa sawit, pengusaha hingga pemerintah agar terus mengembangkan program agroindustri," kata Zulher. (*)

Pewarta: Frislidia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014