Phnom Penh (ANTARA News) - Polisi Kamboja, Sabtu, membubarkan unjuk rasa oposisi di markas mereka di Phnom Penh dan menghentikan protes-protes lebih jauh terhadap pemerintahan Perdana Menteri Hun Sen, sehari setelah penumpasan terhadap aksi para pekerja pakaian jadi di negara itu.

Puluhan personel keamanan yang menggunakan alat-alat pemukul dan tameng membanjiri kawasan itu di bagian tengah ibu kota, menyebabkan ratusan pengunjuk rasa menyelamatkan diri, kata seorang fotografer kantor berita AFP di tempat kejadian. Namun, tak terjadi bentrokan serius akibat tindakan itu.

Peristiwa tersebut terjadi sehari setelah aksi personel keamanan terhadap para pekerja tekstil yang menyebabkan sedikitnya tiga orang meninggal.

Pihak berwenang mengatakan kekerasan-kekerasan yang terjadi baru-baru ini mendorong pihaknya menghentikan protes-protes antipemerintah.

Gubernur Phnom Penh Pa Socheatvong mengatakan dalam satu pernyataan bahwa Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP) yang beroposisi tidak akan dibiarkan mengadakan unjuk-unjuk rasa atau pawai "hingga situasi keamanan dipulihkan".

Partai oposisi, yang telah memboikot parlemen sejak pemilihan pada Juli yang hasilnya diperselisihkan, telah merencanakan protes besar tiga hari mulai Minggu.

"Ini tindakan kediktatoran komunis," kata juru bicara oposisi Yim Sovann kepada AFP.

Para pemerotes telah menduduki Alun-alun Demokrasi sejak Desember sebagai bagian demonstrasi terhadap pemerintahan PM Hun Sen. Lebih 20.000 pemerotes turun ke jalan-jalan Ahad lalu.

PM Hun Sen menghadapi tantangan yang meningkat atas kekuasaannya yang hampir tiga dekade dari para pekerja pakaian jadi dan pendukung oposisi menuntut dia mundur dan menyerukan pemilihan baru karena dugaan kecurangan dalam pemilihan Juli lalu.

Kekerasan yang terjadi di pabrik distrik Veng Sreng pada Jumat melibatkan para pekerja yang bersenjata potongan kayu, batu dan bom molotof dan personel polisi.

Informan khusus PBB tentang hak asasi manusia di Kamboja, Surya P Subedi, mengeritik penembakan itu, dengan menyerukan pemerintah melakukan investigasi.

Pusat HAM Kamboja, kelompok aktivis independen, mengatakan sedikitnya 25 demonstran diperlakukan tak manusiawi pada 2013 oleh pasukan keamanan yang menggunakan senjata, gas airmata, semprotan air dan pentungan. Dua orang meninggal, satu orang lumpuh dan tiga perempuan menderita keguguran.

(M016)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014