... tetap berjanji penuh membela Republik Korea... "
Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat, akan mengirim 800 tentara lagi ke Korea Selatan sambil mengingatkan sekutunya di Timur Jauh untuk tidak terprovokasi Korea Utara. 

Di tengah-tengah kecemasan setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mengeksekusi pamannya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Yun Byung-se, di Washington. 

Yun mengatakan, dan tidak ada perpecahan di antara kedua negara.

"Kami tetap berjanji penuh membela Republik Korea, termasuk melalui pencegahan serangan dan menempatkan sepenuhnya kemampuan militer Amerika Serikat," kata Kerry, mengacu pada nama Korea Selatan.

"Kami akan terus memodernisasi kemampuan kami agar kami siap menghadap setiap ancaman," kata Kerry.

Pentagon mengatakan, Angkatan Darat Amerika Serikat akan mengirim 800 tentara lagi bersama dengan kendaraan-kendaraan lapis baja dan tank-tank mulai bulan depan ke Kamp Hovey dan Kamp Stanley, di dekat garis demarkasi 38 derajad Lintang Utara.

Penggelaran bergilir itu dari Batalion I, Resimen Kavaleri XII, itu bagian perubahan strategi Amerika Serikat ke arah kawasan Asia-Pasifik dan memungkinkan tanggapan lebih luas lebih dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan operasional, kata Pentagon dalam satu pernyataan.

Juru bicara Pentagon, Kolonel Steven Warren, mengatakan, Amerika Serikat, yang telah menggelar 28.500 tentara di Korea Selatan, akan meningkatkan kehadirannya melalui keputusan itu tetapi langkah itu telah lama direncanakan.

"Ini satu penambahan," kata Warren, kepada wartawan. Unit kavaleri yang siap tempur akan menjalankan tugas mereka selama sembilan bulan dan meninggalkan 40 kendaraan tempur lapis bajanya Bradley dan 40 tank M1 Abrams bagi pasukan yang menyertai peralatan-peralatan itu," kata Pentagon.

Korea Selatan dan Amerika Serikat terkejut ketika Korea Utara melakukan tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang secara terbuka mengumumkan pengeksekusian Jang Song-thaek, paman pemimpin muda Kim, dan mantan mentor; karena dituduh melakukan satu persekongkolan.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014