Sanaa (ANTARA News) - Sepuluh prajurit Yaman tewas Kamis dalam tiga serangan serentak militan Al Qaida terhadap posisi-posisi pasukan di provinsi wilayah tengah, Bayda, kata seorang pejabat militer.

Dua-belas militan juga tewas dalam bentrokan selama penyerbuan itu, kata pejabat itu, lapor AFP.

"Penyerang Al Qaida melancarkan serangan-serangan serentak ke tiga posisi militer di Rada" di Bayda, yang merupakan pangkalan militan, kata seorang pejabat setempat kepada AFP.

Sepuluh prajurit tewas, beberapa lain cedera, kata sumber militer itu, dengan menambahkan bahwa empat prajurit ditangkap.

Menurut pejabat itu, para penyerang mencakup seseorang yang memakai sabuk peledak yang dibunuh oleh pasukan.

"Puluhan orang bersenjata terlibat dalam serangan di Rada," kata seorang pejabat setempat.

AS meningkatkan serangan pesawat tak berawak di Yaman sebagai bagian dari upaya menumpas AQAP, yang dianggap oleh Washington sebagai cabang paling mematikan dari Al Qaida.

Pada 8 Januari, dua terduga militan Al Qaida tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di provinsi Hadramout, Yaman tenggara.

Pesawat itu menembakkan sedikitnya satu rudal ke sebuah mobil di daerah al-Qatan, yang mengakibatkan kendaraan itu hancur dan dua orang tewas.

Pada 27 Desember, serangan pesawat tak berawak yang diyakini milik AS juga menewaskan dua terduga anggota Al Qaida di wilayah Hadramout.

Serangan itu dilakukan sehari setelah ahli-ahli hak asasi manusia PBB mengungkapkan "keprihatinan serius" atas serangan-serangan pesawat tak berawak AS di Yaman pada Desember yang mengakibatkan kematian sejumlah warga sipil.

PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 26 Desember, 16 warga sipil tewas dan sedikitnya 10 lain cedera ketika dua iring-iringan pernikahan diserang pesawat tak berawak di Yaman pada 12 Desember.

Korban telah disalahartikan sebagai anggota Al Qaida, kata PBB mengutip beberapa pejabat keamanan setempat.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014