Jakarta (ANTARA News) - Presiden Direktur dan CEO PT Krakatau Steel Tbk Irvan Kamal Hakim mengatakan, kenaikan harga baja tidak bisa dihindari karena dipicu perkembangan kurs serta membaiknya ekonomi di Amerika Serikat.

"Hampir 80 persen komponen industri baja dihitung dalam dolar AS mulai dari bahan baku seperti billet dan scrab sampai gas," kata Irvan saat dihubungi, Minggu.

Tidak hanya itu, kenaikan harga baja juga dipengaruhi perubahan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang membaik sehingga sebagai produsen terbesar dunia negara ini mulai menaikan harga jualnya pada awal 2014, kata Irvan.

"Tidak hanya menaikkan produk baja dan baja semi finish, harga bahan baku seperti bijih besi (iron ore) dan scrab di AS juga ikut naik sehingga akan berpengaruh terhadap produsen baja di sejumlah negara," kata Irvan.

Irvan mengatakan, berdasarkan perkembangan harga baja di AS diperkirakan produsen baja di negara lain akan menyesuaikan harga jualnya pada Maret, April, bahkan berlanjut pada Mei 2014.

Irvan memperkirakan untuk pasar Indonesia paling lambat pada Juli 2014 sudah harus ada penyesuaian sehingga pembeli seharusnya sudah mulai mengambil keputusan pada awal 2014.

"Diperkirakan harga besi dan baja terutama impor pada Maret 2014 sudah mulai naik," kata Irvan.

Saat ini selisih harga besi dan baja di AS dengan Asia 30 - 40 dolar AS lebih mahal di AS, sedangkan selisih dengan harga lama di AS mencapai 125 dolar AS, kata Irvan.

Mengenai besaran kenaikan, Irvan mengatakan, berdasarkan pengalaman tahun lalu, kenaikan akan terjadi selisih dua bulan dengan kenaikan di luar negeri sebesar 12 - 15 persen atau naik sekitar 46 - 60 dolar AS per ton setara dengan Rp500 sampai Rp750 per kilogram sebelum PPN.

Menurut sumber The Steel Index, World Steel News pada 14-16 Januari 2014, Rusia dan Ukraina dilaporkan telah memproduksi slab dengan harga kontrak 490-500 dolar AS/ ton FOB untuk pengiriman Januari-Februari ke beberapa negara naik sekitar 25 dolar AS/ ton dari harga sebelumnya di bulan November-Desember 2013.

Sementara harga slab impor untuk pasar Asia Tenggara akan ditawarkan sekitar 540-550 dolar AS/ton CFR, melonjak cukup jauh dari harga kontrak di bulan Desember 2013 yang hanya sekitar 510 dolar AS/ ton CFR.

Direktur Eksekutif IISIA (the Indonesian Iron and Steel Industry Association) Hidayat Triseputro mengatakan, harga besi dan baja di dalam negeri harus segera naik terkait dengan masih melemahnya nilai tukar rupiah  terhadap dolar AS.

"Material bahan baku industri besi dan baja di dalam negeri sebagian besar harus impor seperti   billet dan slab yang berarti rentan terhadap perubahan nilai tukar," kata Hidayat.

Pewarta: Ganet
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014