Sebuah kendaraan dihantam satu rudal yang ditembakkan oleh pesawat tak berawak AS. Kendaraan itu hancur lebur dan tiga orang di dalamnya, militan Al Qaida, tewas."
Sanaa (ANTARA News) - Sebuah pesawat tak berawak AS menyerang satu kendaraan di provinsi Marib, Yaman timur, pada Kamis tengah malam, menewaskan tiga terduga anggota Al Qaida, kata satu sumber militer, Jumat.

"Sebuah kendaraan dihantam satu rudal yang ditembakkan oleh pesawat tak berawak AS. Kendaraan itu hancur lebur dan tiga orang di dalamnya, militan Al Qaida, tewas," kata sumber itu kepada AFP.

Serangan itu berlangsung di dekat sebuah posisi militer di lembah Obeida, sebelah timur kota Marib dan jauh dari kawasan penduduk, tambah sumber itu.

Militer AS mengoperasikan seluruh pesawat tak berawak yang terbang di Yaman untuk mendukung upaya pemerintah Sanaa menumpas Al Qaida dan membunuh puluhan militan dalam operasi serangan yang meningkat dalam setahun ini.

Serangan-serangan itu menyulut kecaman dari para aktivis hak asasi manusia karena menurut mereka telah menewaskan banyak warga sipil tak berdosa.

PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 26 Desember, 16 warga sipil tewas dan sedikitnya 10 lain cedera ketika dua iring-iringan pernikahan diserang pesawat tak berawak di Yaman pada 12 Desember.

Korban telah disalahartikan sebagai anggota Al Qaida, kata PBB mengutip beberapa pejabat keamanan setempat.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014