Ini adalah tragedi yang terjadi di Lampung, dengan di dalamnya terjadi tindakan yang merendahkan harkat dan martabat wanita."
Bandarlampung (ANTARA News) - Kasus dugaan pemerkosaan dialami Y, gadis belia berumur 14 tahun, di Desa Bau Kelurahan Gunungsari Kabupaten Lampung Timur, terus mendapat tanggapan dari masyarakat Lampung, di antaranya kalangan pemuda dan mahasiswa dalam Forum Anak Bangsa (FAB) Lampung.

Forum ini mengajak masyarakat untuk peduli terhadap perbuatan yang tidak manusiawi tersebut, mengingat pemerkosaan gadis oleh 15 orang adalah perbuatan yang kejam dan di luar akal sehat.

"Ini adalah tragedi yang terjadi di Lampung, dengan di dalamnya terjadi tindakan yang merendahkan harkat dan martabat wanita," ujar Bayu Pramono, Koordinator FAB Lampung, di Bandarlampung, Kamis.

Rencananya, Jumat (31/1), FAB Lampung akan menggelar aksi solidaritas dengan turun ke jalan.

Aksi ini bertujuan untuk memberi dukungan moril terhadap korban, keluarga, dan pihak-pihak yang mendampingi korban, katanya.

Menurut Bayu, FAB Lampung akan berkomitmen untuk mengadvokasi korban kasus ini.

Selain turun ke jalan, menurutnya, telah direncanakan pula untuk mendesak berbagai pihak terutama bupati Lampung Timur dan Polda Lampung tetap memberikan perhatian penanganan kasus ini dengan memprioritaskan jalur hukum sebagai satu-satunya sarana penyelesaian.

"Kami mengimbau kepada semua elemen masyarakat untuk tetap berpihak terhadap korban, karena sejatinya kasus ini adalah murni pelanggaran atas hak-hak manusia khususnya wanita," kata Andhika Prayoga, juru bicara FAB Lampung.

Selain itu, katanya, akan digalang bantuan dana bagi korban yang digunakan untuk keperluan merehabilitasi kesehatan, psikis, dan bekal untuk melanjutkan pendidikannya.

FAB Lampung menilai nasib yang dialami Y tergolong sangat tragis, dan perbuatan pemerkosaan yang diduga telah dilakukan oleh 15 orang tersebut membuat rahim korban membusuk.

Kondisi tersebut mendorong FAB Lampung menggalang aksi solidaritas untuk membantu korban, agar dapat melakukan tindakan medis demi kesehatannya.

Selain itu, ujar Andhika, korban juga sangat memerlukan dana memulihkan psikologis.

"Kami melakukan aksi solidaritas yang bertujuan untuk membantu korban dalam jangka panjang, selain juga terus mendesak berbagai pihak untuk tetap membawa masalah ini ke jalur hukum," ujar Qori Hidayati, anggota FAB Lampung pula.

Menurut dia, berdasarkan informasi dari dokter, korban memerlukan tindakan medis yang tepat, karena masalah yang dialami tidaklah sederhana karena menyangkut organ vital manusia.

Namun, kesulitan dana yang dialami oleh keluarga korban tidak memungkinkan dapat memiliki dana besar untuk melakukan tindakan tersebut, katanya lagi.

FAB Lampung juga mengecam upaya damai atas korban pemerkosaan ini, dengan iming-iming sejumlah uang.

"Tindakan yang dilakukan pelaku sangat tidak berperikemanusiaan. Ini adalah tindakan yang sangat tidak bertanggungjawab," ujar Andhika Prayoga lagi.

Menurutnya, kasus ini adalah murni pelanggaran hukum dan tindakan pidana, sehingga penegak hukum harus memposisikan korban sebagai pihak yang tidak berdaya atas tindakan pemerkosaan yang dilakukan bersama-sama tersebut.

Andhika mengingatkan agar Polda Lampung harus terus memonitor dan mengembangkan masalah ini dengan objektif, karena sejatinya dalam tindak pidana tidak pernah dikenal asas pemaafan.

Dia sangat menyayangkan pengunduran diri kuasa hukum korban dalam kasus ini.

"Proses pendampingan korban pemerkosaan bukanlah hal yang mudah dan sederhana, diperlukan pendekatan emosional dan komprehensif dari segala sisi. Pendamping harus sabar menghadapi korban dan keluarganya, karena kondisi mental mereka yang juga terguncang," ujarnya.

Andhika menyarankan untuk bekerjasama dengan pihak-pihak yang selama ini peduli dengan masalah anak dan wanita.

Keluarga akan kami fasilitasi untuk mendapatkan pendampingan oleh Komisi Perlindungan Anak Daerah Lampung dan LSM yang peduli dengan persoalan ini, seperti Damar, katanya pula. (B014/H009)

Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014