Jakarta (ANTARA News) - Kehidupan keras di kota-kota besar seperti Jakarta kerap menimbulkan stres bagi warganya yang melihat banyak kebusukan penguasa namun tidak berdaya menghadapinya.

Sutradara Mo Brothers (Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto) menampilkan salah satu manifestasi dampak tekanan keras kehidupan kota besar itu dalam film "Killers", yang berlatar Jakarta dan Tokyo, Jepang.

Killers mengisahkan dua pembunuh dari dua tempat yang berbeda dan motif yang bertolak belakang.

Dalam film itu, Oka Antara berperan sebagai Bayu, jurnalis idealis yang berambisi menguak skandal korupsi politisi bernama Dharma (Ray Sahetapy) namun tak pernah bisa menyentuhnya meski sudah berusaha sekuat tenaga.

Bayu geram dan bertambah frustrasi saat rumah tangganya bersama Dina (Luna Maya) menjadi tidak harmonis. 

Di Tokyo, pengusaha elit bernama Nomura (Kazuki Kitamura) piawai meluluhkan hati para perempuan dengan penampilan elegan dan sikap karismatiknya.

Namun saat berada di rumah, topengnya terbuka, wajah aslinya terkuak. Dengan tenang dia membunuh perempuan demi kesenangan.

Nomura digambarkan sangat tenang saat beraksi dan menggunakan metode rapi setiap kali membunuh. Dia juga punya koleksi senjata yang berjajar rapi di rumahnya untuk menghabisi nyawa korbannya.

Pria itu punya pandangan tersendiri tentang kehidupan dan kematian. Jeritan dan tatapan ketakutan para korban merupakan pertunjukan syahdu bagi Nomura.

Ia bahkan merekam aksi keji itu dan mengunggah videonya ke Internet. Video tersebut ditonton banyak orang, termasuk Bayu yang menatapnya dengan penuh kengerian.

Namun sisi gelap Bayu mulai bangkit saat dia nyaris dirampok. Bayu memilih membunuh daripada dibunuh.

Teringat video Nomura, dia pun kemudian merekam kondisi korban insiden tersebut dan mengunggahnya ke situs yang sama.

Video itu menarik perhatian Nomura yang kemudian mencoba berkomunikasi dengan Bayu. Nomura mendorong Bayu untuk menyuguhkan video pembunuhan lain.

Berbeda dengan Nomura, Bayu si amatir bertekad membunuh demi menegakkan keadilan dengan caranya sendiri.

Dan dia melakukannya dengan tergesa dan tanpa rencana. Berantakan. Mentalnya hancur setiap sisi kelamnya beraksi.


Penuh darah

Seperti dalam film mereka sebelumnya, "Rumah Dara", sutradara Mo Brothers tidak segan menampilkan adegan dengan lumuran dan cipratan darah meski film itu tidak hanya mengedepankan kekerasan dan pembunuhan.

"Kami tidak mau buat film yang terlalu gory (menampilkan kekerasan yang brutal penuh darah), tapi adegan tersebut ditampilkan untuk menunjukkan tekanan emosional karakter," kata Timo usai pemutaran "Killers" beberapa waktu lalu.

Film kolaborasi Indonesia dan Jepang garapan rumah produksi Guerilla Merah Film dan Nikkatsu itu telah diputar di Festival Film Sundance dan Jepang sebelum tayang perdana di Indonesia pada 6 Februari.

Menurut Mo Brothers, mayoritas penonton internasional memberikan respons positif terhadap film "Killers."

"Di Jepang juga banyak penonton yang juga penggemar Kazuki Kitamura karena dia aktor yang sudah punya nama," jelas Timo.

Di Indonesia, beberapa bagian film harus dipotong sementara di Jepang tidak ada pemangkasan karena "Killers" telah diklasifikasikan sebagai tontonan untuk rentang umur tertentu.

Mo Brothers berharap film itu dapat meramaikan ragam genre industri film Tanah Air dan melecut sineas lain untuk terpacu membuat karya yang dapat dinikmati penonton internasional.

"Sineas Thailand saja bilang kalau Indonesia seperti raksasa besar yang sedang tertidur. Karena orang yang talented gila-gilaan di sini, banyak. Mereka sampai "ngeri" kita bisa bikin film seperti ini," imbuh dia.

Film yang juga dibintangi Luna Maya, Rin Takahashi, dan Ray Sahetapi itu selanjutnya akan didistribusikan di Inggris, Prancis, Jerman, Amerika Serikat, Turki, Hong Kong, Singapura dan Thailand.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014