Palu, 8/2 (Antara) - Proses identifikasi jenazah terduga teroris Poso itu tiba-tiba dihentikan Jumat (7/2) dini hari.

Tim dokter RS Bhayangkara Palu menemukan tas pinggang hitam masih melilit di tubuh korban yang dicurigai bahan peledak sehingga bisa membahayakan.

Tak mau ambil risiko, tim dokter segera menghubungi pasukan penjinak bom Brimob Polda Sulawesi Tengah.

Sekitar pukul 02.25 WITA, tim penjinak bom memeriksa tas tersebut dan menemukan sebuah telepon genggam, dua korek api, oli mesin jahit, pipa kecil, dan detonator.

Semua barang bukti itu diamankan di Markas Komando Brimob Polda Sulawesi Tengah.

Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Polisi Ari Dono Sukmanto menyatakan identitas kedua jenazah terduga teroris yang tewas dalam aksi baku tembak dengan polisi di Desa Taunca, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, pada Kamis (6/2) belum teridentifikasi secara pasti.

"Kami masih menunggu informasi dari keluarga yang mengaku kehilangan keluarga," kata Ari Dono.

Dia mengatakan, jika ada masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga bisa memberikan informasi agar jenazah tersebut bisa dikembalikan dan segera dimakamkan.

Sementara itu satu jenazah lainnya sudah teridentifikasi berinsial F karena saat ditangkap kondisinya masih hidup dan mengalami luka tembak di kaki.

"Dia meninggal karena kehabisan darah karena jarak perjalanan yang jauh, yakni sekitar tiga-empat jam jalan kaki," katanya.

Hingga saat ini belum ada masyarakat mengaku kehilangan anggota keluarganya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh di Polda Sulawesi Tengah, jenazah pertama yang identifikasi awal berinisial F memiliki ciri-ciri khusus yakni adanya tato kepala manusia bersayap kelelawar di bagian bahu kiri.

Selain itu, pada lengan kanan jenazah juga terdapat tato kalajengking dan kelabang, serta tato bertulis MAP di dada kiri.

Jenazah juga memiliki ciri-ciri fisik antara lain rambut berombak, tinggi badan sekitar 165 cm dan warna kulit sawo matang, hidung mancung, dagu berjanggut, serta alis mata tebal.

Saat ditangkap korban dalam keadaan hidup namun mengalami luka pada bagian kaki kiri yang banyak mengeluarkan darah.

Terduga teroris itu akhirnya meninggal dunia saat dievakuasi.

Sementara itu, jenazah terduga teroris kedua memiliki ciri-ciri fisik antara lain rambut hitam lurus, badan agak gemuk dan berkulit gelap, dagu berjanggut, serta tinggi badan sekitar 170 cm.

Korban inilah yang membawa tas pinggang hitam di balik bajunya.

Korban diterjang peluru di bagian kepala saat baku tembak dengan pasukan Brimob Polda Sulawesi Tengah di Desa Taunca, Gunung Padang Lambara, Kecamatan Poso Pesisir Selatan.

Kejadian baku tembak itu terjadi di lereng gunung dengan ketinggian 1.035 meter di atas permukaan air laut, dan hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Jarak lokasi baku tembak dan base camp pasukan Brimob yang berada di Dusun Bulog bisa tempuh sekitar empat jam dengan jalan kaki dengan medan berupa lereng pegunungan.

Baku tembak itu terjadi saat tim Brimob Polda Sulawesi Tengah Subden Gegana yang berjumlah 17 personel yang dipimpin Iptu Amar Makruf melakukan patroli di Gunung Padang Lambara.

Tiba-tiba mereka diserang kawanan sipil bersenjata hingga akhirnya saling balas tembakan yang memakan korban jiwa dari kedua belah pihak.

Bhayangkara Dua Putu Satrya Wirabuana meninggal dunia karena tertembak di bagian dada hingga tembus ke jantung.

Dua anggota kelompok teroris tewas, dan sisanya yang berjumlah sekitar delapan orang kabur ke belantara hutan yang berada di wilayah perbatasan Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong.

Barang bukti
Dari operasi perburuan kelompok radikal yang berujung aksi baku tembak itu, polisi mendapatkan barang bukti yang diambil dari gubug milik warga di Desa Taunca yang diduga terkait dengan kawanan teroris.

Barang-barang itu berupa 102 peluru kaliber 9 mm, senjata api, bom pipa aktif, tiga telepon genggam, sebuah magazen, tiga KTP warga Kabupaten Poso, sebuah power bank, dua handy talky, empat hard disk komputer, sebuah modem, bendera bertulis huruf Arab, surban motif kotak-kotak warna hitam-putih, tiga Alquran kecil, oli mesin jahit, dan beberapa perlengkapan lainnya.

Berbagai barang bukti tersebut saat ini masih diteliti oleh polisi guna mengorek lebih dalam jaringan kelompok radikal di Kabupaten Poso.

Selain itu, polisi juga mengamankan lelaki berinisial Sf warga Kecamatan Poso Pesisir yang diduga mengetahui pergerakan kelompok radikal di Kabupaten Poso selama ini.

Kapolda Ari Dono menyatakan saat ini kelompok radikal yang aktif di Kabupaten Poso masih berada di bawah pimpinan Santoso. "Tidak ada kelompok lain, selain Santoso," katanya.

Santoso beberapa bulan silam muncul di "YouTube" dan menantang Densus 88 Antiteror.

Rekaman itu diduga dilakukan di sebuah hutan di Kabupaten Poso.

Saat ini 21 buronan kasus kekerasan Poso masih diburu polisi. Pengejaran itu termasuk dalam Operasi Aman Maleo I 2014.

Berbagai barang bukti seperti telepon genggam dan hard disk komputer diharapkan bisa menjadi petunjuk untuk melacak orang yang terlibat dalam gerakan radikal di Kabupaten Poso selama ini.

Oleh Riski Maruto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014