Awal Maret mudah-mudahan Merpati sudah bisa terbang...
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airline (Merpati), Capt Asep Ekanugraha optimistis mulai 1 Maret 2014, layanan penerbangan perusahaan itu dapat beroperasi kembali seiring mulai berjalannya kerjasama operasional (KSO) dengan sejumlah investor.

"Awal Maret mudah-mudahan Merpati sudah bisa terbang, terutama pada rute-rute yang sebelumnya sempat ditutup," kata Asep dalam keterangan pers di Jakarta, Senin.

Menurut Asep, saat ini perusahaan sedang menjalin kerjasama operasional dengan 15 perusahaan, dua di antaranya adalah PT Bentang Persada Gemilang dan PT Amagedon Indonesia.

Upaya penyelamatan Merpati dengan merestrukturisasi usaha sudah dilakukan sejak lama mulai dari penyuntikan dana, pengurangan karyawan, pemindahan kantor pusat, termasuk merestrukturisasi utang kepada kreditur swasta dengan mengkonversi utang (debt to equity swap) menjadi saham.

Namun hingga kini belum menunjukkan perbaikan, sehingga harus dicarikan opsi lain dengan mengundang investor untuk masuk Merpati.

"Perusahaan yang menjadi mitra KSO sudah berkomitmen mengembangkan Merpati. Tentu mereka mau masuk ke Merpati karena sudah mengetahui kondisi perusahaan untuk diselamatkan," ujar Asep.

Ia menambahkan dalam jangka pendek Merpati segera mengurus kembali perizinan penerbangan "aircraft operation certificate" (AOC) kepada Kementerian Perhubungan.

Pada 1 Februari 2014, Merpati terpaksa menutup sebagian besar rute penerbangan karena tidak memiliki kemampuan untuk beroperasi.



Layanan Umroh

Tahap berikutnya ujar Asep, Merpati mulai akhir Februari 2014 segera mengoperasikan penerbangan jarak jauh ke Jeddah, Arab Saudi, yang ditangani mitra KSO Amagedon.

"Amagedon akan menyiapkan pesawat baru dan menyediakan modal kerja untuk melayani penerbangan ke Jeddah," ujar Asep.

Ia menambahkan untuk memberi layanan tersebut Merpati sudah menyampaikan permohonan kepada intansi terkait, seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Agama, termasuk ke Kementerian Keuangan.

"Permintaan persetujuan perizinan untuk melayani rute Jeddah, sedang dalam proses. Semua paralel dengan proses opsi lain dalam penangangan Merpati," ujarnya.

Ia menambahkan opsi lain penyelamatan Merpati adalah dengan melakukan "spin off" (pemisahan) unit usaha Merpati Maintenance Facilities (MMF) dan Merpati Training Center (MTC).

"Dalam rencana bisnis, manajemen sudah memutuskan MMF diambilalih PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) untuk kemudian dicari investornya," ujar Asep.

Selain itu, tambah Asep yang ditunjuk menjadi Dirut Merpati sejak 31 Juli 2013 ini menuturkan, penanganan Merpati juga terkait dengan opsi "debt to equity swap" (konversi utang menjadi saham) yang sedang dibahas dengan kuasa pemegang saham, Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN.

Ia menjelaskan opsi konversi utang menjadi saham sudah lama ditempuh, namun saat ini akan kembali dilanjutkan agar dapat menyelesaikan permasalahan Merpati secara komprehensif.

"Utang Merpati sebagian besar atau sekitar 60 persen merupakan utang kepada Pemerintah dan BUMN, sisanya utang kepada swasta," ujarnya.

Menurut catatan, total utang Merpati saat ini sudah mencapai sekitar Rp7,3 triliun, meningkat dibanding akhir tahun 2013 sekitar Rp6,7 triliun.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014