Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) mengalami kerugian bersih sebelum audit pada 2013 sebesar Rp30,9 triliun atau turun Rp34,1 triliun dibandingkan 2012 yang memperoleh laba bersih Rp3,2 triliun.

Direktur Keuangan PLN Setio Anggoro Dewo saat rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin mengatakan, kerugian disebabkan rugi kurs.

"Akibat rugi kurs, PLN rugi bersih sebelum audit Rp30,9 triliun," ucapnya.

Padahal, pada 2013, PLN mendapat laba usaha Rp34,7 triliun.

Menurut dia, 30 persen utang PLN dalam bentuk valuta asing seperti dari Bank Pembangunan Asia (ADB), Bank Dunia, Japan International Cooperation Agency (JICA), dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC).

"Kami juga punya global bond 5,5 miliar dolar AS dan utang program percepatan 10.000 MW sebesar delapan miliar dolar AS. Dengan demikian, jumlah utang tergantung dinamika kurs," tuturnya.

Ia mengatakan, pada 2014, PLN menargetkan perolehan laba bersih Rp11,7 triliun dengan laba usaha Rp41 triliun.

"Laba usaha terus meningkat. Pada 2008, laba usaha hanya Rp3,6 triliun," ujarnya.

Pada 2013, lanjutnya, pendapatan usaha PLN mencapai Rp258 triliun dengan beban usaha Rp223 triliun.

Sementara, estimasi pendapatan usaha 2014 sebesar Rp290 triliun dengan beban usaha Rp249 triliun.

Setio menambahkan, pada 2013, penjualan PLN mencapai 188,1 Tera Watt hour (TWh) atau tumbuh 7,8 persen dibandingkan 2012 sebesar 174 TWh.

Untuk pemakaian BBM pada 2013 mencapai 7,4 juta kiloliter, gas 403,1 triliun British thermal unit (TBTU), batu bara 40 juta kiloliter, dan BBN 0,01 juta kiloliter.

Sementara, susut jaringan pada 2013 terealisasi 9,5 persen, harga jual Rp816,4 per kWh, biaya pokok produksi Rp1.338 per kWh, dan jumlah pelanggan bertambah 3,8 juta sehingga totalnya 53,6 juta.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014