Ketika mereka tiba, unsur-unsur teroris memberondongkan tembakan."
Tunis (ANTARA News) - Militan menembak mati dua orang yang berada di dalam mobil di sebuah rintangan jalan dekat reruntuhan Romawi di Tunisia dan dua polisi yang datang kemudian ke lokasi kejadian, kata kementerian dalam negeri, Minggu.

Pembunuhan itu berlangsung pada Sabtu malam di daerah Jendouba di Tunisia barat dekat Bulla Regia, lokasi puing-puing bersejarah Romawi, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Tunisia dilanda kekerasan yang dituduhkan pada kelompok-kelompok garis keras sejak revolusi 2011 yang menggulingkan pemerintah Zine El-Abidine Ben Ali.

Kementerian itu mengatakan, sebuah patroli Garda Nasional dikirim untuk menyelidiki laporan-laporan bahwa seorang warga sipil dan seorang sipir ditembak mati di sebuah rintangan jalan yang dibuat orang-orang bersenjata di Jendouba.

"Ketika mereka tiba, unsur-unsur teroris memberondongkan tembakan," menewaskan dua polisi dan mencederai satu lain, katanya.

Juru bicara kementerian itu Mohamed Ali Aroui mengatakan kemudian kepada radio setempat, ada lima penyerang -- tiga orang Tunisia dan dua Aljazair.

Operasi keamanan masih dilakukan untuk memburu kelompok tersebut, kata kementerian itu.

Serangan itu terjadi di dekat lokasi arkeologi Bulla Regia, sebuah bekas kota Romawi yang terletak sekitar 40 kilometer dari perbatasan Aljazair dan 150 kilometer sebelah barat Tunis, ibu kota Tunisia.

Sebagian besar kekerasan di Tunisia dituduhkan pada Ansar al-Sharia, kelompok militan yang dianggap memiliki hubungan dengan Al Qaida.

Pemerintah Tunisia, yang dipimpin oleh partai moderat Ennahda yang berkoalisi dengan dua partai sekuler kecil, didesak agar menangani ancaman keamanan dari militan, untuk membantu mengamankan peralihan demokratis negara Afrika Utara itu.

Ennahda menanggapi dengan mengumumkan Ansar al-Sharia sebagai sebuah organisasi teroris dan menuduh kelompok itu membunuh dua pemimpin oposisi sekuler.

Insiden terakhir itu menandai semakin memburuknya keamanan di Tunisia, yang sejauh ini telah ternoda oleh serangan-serangan militan yang dua diantaranya menewaskan dua politikus sekuler oposisi yang menyulut krisis politik.

Tunisia menahan ratusan militan garis keras dalam setahun terakhir yang dituduh terlibat dalam serangan-serangan.

Keadaan yang tidak stabil memburuk ketika militan garis keras meningkatkan serangan-serangan yang menewaskan delapan prajurit pada Juli tahun lalu.

Peristiwa pada 29 Juli di dekat perbatasan Aljazair itu merupakan salah satu serangan terbesar terhadap pasukan keamanan Tunisia dalam beberapa dasawarsa ini.

Pada Mei, tentara dan polisi Tunisia memburu lebih dari 30 tersangka militan terkait Al Qaida di dekat perbatasan negara itu dengan Aljazair, dan Presiden Moncef Marzouki pergi ke daerah itu untuk mengawasi operasi tersebut.

Tunisia semakin khawatir atas serangan-serangan yang dituduhkan pada militan garis keras bersenjata.

Pemerintah Tunisia saat ini juga sedang menghadapi peningkatan protes oleh oposisi sekuler yang menuntut pengunduran diri mereka.

Oposisi, yang marah atas pembunuhan dua pemimpin mereka dan terilhami oleh penggulingan presiden Islamis oleh militer di Mesir, berusaha menggulingkan pemerintah Tunisia yang dipimpin partai Ennahda.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014