Jika batal, saya kecewa karena semestinya saya dapat kembali ke rumah sekarang untuk menyapu di rumah."
Kediri (ANTARA News) - Puluhan pengungsi dari Dusun Ringin Sari Desa Sempu Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri, sejak Senin pagi, rela menunggu hampir delapan jam untuk bertemu dan menyapa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama sekitar 20 menit.

Para pengungsi yang didominasi ibu rumah tangga dan balita itu telah bersiap menyambut Presiden RI sekitar pukul 08.00 WIB di posko pengungsian Balai Pamitran Gereja Kristen Jawa Wetan Kecamatan Wates yang berjarak delapan kilometer dari Gunung Kelud.

Meski telah diguyur hujan pada Minggu (16/2) malam, material vulkanik berupa pasir tetap menyebarkan debu putih di depan balai dan jalan menuju posko pengungsian ketika matahari memancarkan sinar penuh.

Petugas dari Kepolisian RI berulang kali mengerahkan mobil "water canon" untuk menyiram jalan di sekitar Balai Pamitran agar tidak berdebu.

Di dalam balai, sejumlah pengungsi sibuk mengibas-ibaskan sobekan kardus untuk sekedar menyegarkan badan mereka karena ventilasi di ruangan tidak cukup memberikan sirkulasi udara.

"Saya tadi mau kembali ke rumah karena masih banyak kerikil di sekitar rumah saya, tapi tidak jadi," kata Mujiyanto, pengungsi dari Desa Sempu.

Mujiyanto yang bekerja sebagai petani itu mengaku senang untuk bertemu Presiden RI meski harus menunggu.

Sebagaimana Mujiyanto, Tria Suparni juga rela menunggu sejak pukul tujuh pagi bersama anak balitanya agar berjumpa dengan sang presiden.

"Jika batal, saya kecewa karena semestinya saya dapat kembali ke rumah sekarang untuk menyapu di rumah," kata Tria sembari menyuapi anaknya.

Berbeda dengan Mujiyanto dan Tria, Martia bersama belasan pengungsi lain dari posko pengungsian Janti bahkan bersedia berjalan dua kilometer demi melihat presiden mereka.

"Saya ke sini untuk menunggu pak presiden," kata Martia yang duduk di tenda Kesehatan Polri bersama kedua anaknya.

Ngatemi, warga Desa Sempu mengaku sangat mengharapkan kedatangan Presiden. Dia berharap Presiden dapat melihat langsung warga yang mengungsi sekaligus memberikan bantuan.

"Maunya rumah diperbaiki, akibat letusan Gunung Kelud, banyak genteng rusak," kata Ngatemi.

Koordinator lapangan pos pengungsian Gereja Kristen Jawi Wetan, Yuda Suwariyono, mengaku jumlah pengungsi pada Senin (17/2) kembali meningkat setelah sempat turun menjadi 540 pengungsi pada Minggu (16/2).

"Kami memang memprioritaskan para pengungsi yang berasal dari Dusun Ringin Sari," kata Yuda.

Sekitar pukul satu siang, para pengungsi yang tidak kunjung bertemu Presiden RI itu pun mendapat makan siang dari para relawan dan petugas satuan pelaksana penanggulangan bencana.

Sekitar pukul empat sore, Presiden RI bersama rombongan menteri yang mengawali perjalanan dengan mobil dari Madiun pun tiba di lokasi pengungsian.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta para pengungsi letusan Gunung Kelud bersabar menanti hingga situasi dinyatakan aman oleh pemerintah.

"Kami juga terus bekerja melihat perkembangan Gunung Kelud. Manakala sudah dinyatakan aman, maka tentu bapak ibu bisa kembali ke kediamannya masing-masing. Kalau belum aman, harap sabar dahulu, tinggal di tempat seperti ini," kata Yudhoyono, kepada para pengungsi.

Presiden mengaku telah menempuh perjalanan panjang dari Jakarta melalui jalan darat ke Madiun, Kediri, Blitar dan Malang untuk melihat langsung penanganan pengungsi.

Presiden ingin melihat langsung apakah kegiatan tanggap darurat yang dilaksanakan oleh pemerintah dan jajaran BNPB itu dilaksanakan dengan baik.

"Alhamdulillah, meskipun di sana sini ada kekurangan dan itu wajar ketika kita mengalami bencana, apa yang dilaksanakan pemerintah daerah saya lihat dalam keadaan baik," ujarnya.

Semula, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta rombongan sejumlah menteri berencana mengunjungi Posko Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana di Kawasan Simpang Lima Gumul Kabupaten Kediri pada pukul 10.30 WIB

Kemudian, rombongan melanjutkan kunjungan di Posko Balai Pamitran Desa Segaran Kecamatan Wates Kediri pada pukul 12.00 WIB. Lalu, peninjauan posko pengungsi Desa Ngelok Kecamatan Ngelok Kabupaten Blitar pada pukul 15.10 WIB.

Oleh Imam Santoso dan Asmaul Chusna
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014