Nominal itu relatif kecil. Apalagi, tidak banyak barang yang akan dikirim ke luar Jawa Timur,"
Surabaya, 18/2 (Antara) - PT Pos Indonesia mengalami kerugian hingga Rp20 juta karena selama tiga hari Bandara Internasional Juanda, Surabaya tidak beroperasi akibat abu Gunung Kelud menutup landasan pacu di infrastruktur tersebut.

"Nominal itu relatif kecil. Apalagi, tidak banyak barang yang akan dikirim ke luar Jawa Timur," kata Kepala Mail Processing Center Surabaya, Harisma Anugraha, di Surabaya, Selasa.

Di sisi lain, ungkap dia, banyak barang yang ditarik untuk pindah moda transportasi. Awalnya, berbagai ragam barang dikirim melalui Juanda akan tetapi ditarik untuk dikirim dengan diangkut truk maupun kereta api.

"Biaya pengiriman paket lewat darat jauh lebih murah. Akibat banyak barang yang ditarik itulah yang menyebabkan kerugian kami tidak terlalu besar," katanya.

Sementara itu, jelas dia, selama tiga hari tidak beroperasi PT Pos Indonesia memang tidak ada aktivitas pengiriman maupun penerimaan paket udara. Kalau saat ini, aktivitas pengiriman sudah mulai normal.

"Bahkan, kembali normalnya operasional Bandara Juanda juga diikuti dengan beroperasinya kembali beberapa daerah kecuali di Ngantang, Kabupaten Malang," katanya.

Penyebabnya, tambah dia, Ngantang adalah wilayah yang terdampak langsung erupsi Gunung Kelud. Di kawasan itu juga tidak ada aktivitas pengiriman surat karena rumah warga memang tidak berpenghuni setelah ditinggal mengungsi.

"Meski begitu, aktivitas pengiriman dan penerimaan surat di Ngantang justru dilakukan dengan cara mobile yakni dengan mendatangi posko pengungsian penduduk. Mengenai transaksi di Ngantang rata-rata per hari mencapai Rp5 juta," katanya.

Ia melanjutkan, PT POS Indonesia juga membenarkan bahwa pengiriman surat dari Kota Malang terputus di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Implikasinya, kini layanan surat ekspress, paket pos kilat khusus, dan paket luar negeri tidak bisa terkirim menyusul ada permintaan khusus dari aparat keamanan.

"Untuk mengantisipasinya, kami telah membuka layanan jaminan ganti rugi. Namun, sampai sekarang banyak yang belum mengajukan ganti rugi karena paketnya tidak terkirim," katanya.
(KR-DYT/S004)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014