Padang (ANTARA News) - Olah tempat kejadian perkara ledakan tambang di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, yang rencananya dimulai pada Selasa (18/2) batal dilakukan karena masih tersisa gas metana.

"Olah TKP tidak bisa dilaksanakan karena masih terdapat sisa gas metana, dan keadaan tanah di lokasi masih lembab," kata Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumbar AKBP Syamsi di Padang, Rabu.

Dengan keadaan demikian, lanjutnya, olah TKP tidak mungkin untuk dilaksanakan mengingat keselamatan petugas olah TKP nantinya.

"Olah TKP memang perlu untuk proses penyidikan, namun keselamatan petugas juga mesti dipertimbangkan," katanya.

Ia mengatakan atas penilaian yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan Kota Sawahlunto, olah TKKP tersebut dinilai tidak memungkinkan untuk dilakukan.

Karena dalam olah TKP itu, katanya, selain anggota kepolisian dari Kepolisian Resor (Polres) Kota Sawahlunto, juga dibantu oleh Dinas Pertambangan Sawahlunto.

Keadaan lokasi yang demikian, sebutnya, dikhawatirkan menimbulkan hal yang tidak diinginkan, sehingga dapat mencelakai petugas.

Meskipun olah TKP tidak dapat dilaksanakan, kata Syamsi, petugas kepolisian pada Selasa (18/2), mengamankan blower milik perusahaan tambang yang meledak.

Syamsi menyebutkan, karena keadaan tersebut olah TKP tidak dapat dilaksanakan dalam waktu dekat.

"Menurut Dinas Pertambangan, butuh waktu sekitar satu bulan hingga keadaan lokasi membaik. Tentunya olah TKP akan dilakukan setelah itu," ujarnya.

Pada bagian lain, hal ini terkait Ledakan tambang yang terjadi di Perambahan Dusun Data Gulandi Desa Batu, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, pada Jumat (24/1).

Ledakan yang telah merenggut lima nyawa pekerja itu, dimiliki oleh PT Dasrat Sarana Arang Sejati. Ledakan itu bukan kali pertama bagi perusahaan tersebut, ledakan serupa juga pernah terjadi pada 2009, menewaskan 33 pekerja.

(KR-IWY/N002)

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014