Semoga Bau Nyale bisa menjadi tradisi lokal yang mendunia
Lombok Tengah (ANTARA News)- Ribuan warga berebut cacing laut atau nyale di Pantai Seger, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tengah Barat, pada Kamis dini hari mulai pukul 03.00 Wita.

Ribuan warga Lombok yang sudah berjaga-jaga semalaman, terlihat sangat antusias terjun ke laut Pantai Seger dengan membawa sorok, yakni sejenis alat penangkap ikan yang terbuat dari bambu dan berebut menangkap nyale.

Keriuhan menyambut nyale, sebenarnya terjadi mulai pukul 02.00 Wita, ketika warga mulai bersorak-sorak dengan tujuan agar cacing segera muncul di permukaan laut Pantai Seger.

Sekitar pukul 03.00 Wita, sorak-sorai warga makin meriah, begitu nyale mulai bermunculan ke permukaan laut yang masih gelap. Tanpa sabar, warga segera masuk ke laut ingin menangkap nyale sebanyak-banyaknya.

Abdul Majid Sidik, warga Sekotong, Lombok Barat, menyatakan, setiap tahun ia selalu turut menyaksikan kemeriahan perayaan tradisi Bau Nyale di Pantai Seger.

"Tradisi menangkap nyale sangat menarik, apalagi ketika melihat warga yang mempercayai bahwa nyale merupakan penjelmaan Putri Mandalika, hingga mereka beramai-ramai menyambutnya," ujar Abdul.

Menurut dia, tradisi menangkap nyale kali ini lebih tertib dan tidak terjadi kemacetan panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Pemerintah kabupaten sudah mempersiapkan kegiatan dengan maksimal, sehingga tidak terjadi penumpukan pengunjung. Panggung hiburan juga letaknya dipindahkan, jadi warga tidak berjubel lagi," ujarnya.

Dia melanjutkan, meski kawasan Desa Kuta semalam diguyur hujan deras dan jalan menjadi berlumpur, namun tidak mengurangi antusiasme warga untuk turut memeriahkan Bau Nyale.

Bahkan, kata Abdul, bukan hanya penduduk lokal yang berminat melihat kemunculan nyale di Pantai Seger, namun terlihat juga wisatawan lokal dan asing juga tidak kalah bersemangat.

"Sejak masih gelap, wisatawan asing sudah ikut masuk laut dan menangkap nyale. Semoga Bau Nyale bisa menjadi tradisi lokal yang mendunia," ujar dia.

Pewarta: Siti Zulaeha
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014