Bogor (ANTARA News) - "Produknya sedikit 'nakal', banyak hal-hal nyeleneh dari permen ini," kata  Prof Dr Ir C Hanny Wijaya saat memperkenalkan produk Cajupust Candy hasil temuannya kepada Antara.

Cajupust Candy diperkenalkan Prof Hanny saat Institut Pertanian Bogor merilis karya-karya civitas akademica-nya beberapa waktu lalu.

Cajupust Candy merupakan permen keras (hard candy) pelega tenggorokan dengan kandungan senyawa aktif dari minyak atsiri, kayu putih, dengan glukosa, gula pasir, cajupust oil, peppermint oil dan air.

Lalu, apa yang "nakal" dari Cajupust Candy?

Biasanya, orang menggunakan minyak kayu putih dengan membalurkan ke seluruh tubuh untuk mengusir "masuk angin".

Beberapa orang menyakini bila meminum minyak kayu putih khasiatnya lebih baik bila dibandingkan hanya sekedar dibalur ke tubuh.

Biasanya minyak kayu putih diteteskan ke air minum lalu diminum. Tapi, ada juga yang meneteskan langsung minyak kayu pitih ke mulut.

"Cajupust Candy adalah ibarat minyak kayu putih yang langsung di minum. Ini yang saya maksud nakal," ujar Prof. Hanny.

Lewat Cajupust Candy, Prof Hanny memperoleh sejumlah penghargaan bertaraf nasional.

Cajupust Candy meraih penghargaan Paten Sederhana di tahun 2003, Inovasi 103 BIC dari Kementerian Riset dan Teknologi di tahun 2011 dan Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa (AKIL) tahun 2012.

Hampir seluruh bahan pembuatan Cajupust Candy berasal dari Indonesia, termasuk ekstrak Kayu Putih yang daunnya diambil dari Pulau Buru, Maluku dan diekstrak oleh petani lokal.

Saat ini, untuk komersialisasi Cajupust Candy ditangani sepenuhnya oleh PT Wahana Karya Inovasi sebagai tindak lanjut atas terpilihnya permen tersebut sebagai satu dari empat inovasi IPB yang telah disepakati untuk ditindaklanjuti kerja sama pemanfaatan, pengembangan dan komersialisasinya antara IPB dan swasta.

Penerimaan pasar yang menjanjikan terlihat pada tahap peralihan ketika permen diproduksi dalam skala industri (maklon informal) dan dipasarkan di kios atau kantin di dalam kampus dan outlet Serambi Botani.

Produk Cajupust Candy juga sudah terdaftar dengan merek dagang "Cajupust Candy original" dan telah mendapat izin edar dari BPOM-RI dengan nomor MD 624410004005 serta sertifikat halal LP-POM MUI nomor 0010067461213.

"Saat ini total produksi Cajupust candy mencapai 10.000 ton dipasarkan secara lokal," Hanny.

Bahan utama dari Cajupust candy ini adalah minyak atsiri dari tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi Roxb) yang diambil dari Pulau Buru, Kepulauan Maluku.

Profesor Hanny bersama timnya kembali mengembangkan penelitian lanjutan dari Cajupust Candy.

Dari hasil penelitian lanjutan menunjukkan permen ini juga mempunyai potensi menjaga homeostasis mikroflora mulut atau dapat berfungsi sebagai oral health care khususnya untuk pencegah karies pada gigi sekaligus dapat mencegah infeksi sariawan pada mulut.

Sejalan dengan perkembangan penelitiannya, pada tahun 2012 telah diperoleh varian baru yaitu Cajupust Candy non sukrosa rendah kalori dengan ingredient utama yaitu isomalt yang diperkaya rasa buah.

Profesor Hanny berkomitmen, "ide nakal" menjadikan kayu putih sebagai permen akan mampu mengenalkan Indonesia ke manca negara.

Ia pun berharap Indonesia mampu menjadi produsen permen hebal bercitarasakan nusantara yang akan dikenal luas di dunia.

Oleh Laily Rahmawati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014