Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) mendorong pemerintah untuk berperan lebih aktif mendukung pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara optimal untuk bayi, baik dalam sisi anggaran maupun kebijakan.

Ketua AIMI Pusat, Mia Sutanto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, mengungkapkan sosialisasi pemberian ASI mutlak memerlukan dukungan dari pemerintah mengingat manfaat besar pemberian ASI yakni meningkatkan angka keselamatan anak dan menghindari biaya kesehatan yang melambung di kemudian hari.

"Di hampir semua negara termasuk negara berkembang misalnya Asia Tenggara, masih terjadi gap yang besar pada kebijakan atau program yang mendukung kegiatan menyusui," ujar Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia, Mia Sutanto, di Jakarta, Kamis.

Mia mengatakan untuk mengisi gap atau kesenjangan ini, ada tiga hal penting yang dapat pemerintah fokuskan, yakni: perlindungan, promosi dan dukungan industri pada praktek menyusui.

Ketiga hal tersebut menurut Mia harus dilakukan secara terpadu dan bersamaan. Ketiga fokus ini dapat diimplementasikan ke dalam sejumlah langkah konkret seperti pengembangan kebijakan dan perencanaan soal praktek menyusui, menciptakan sistem perawatan kesehatan dan gizi.

Kemudian, pemerintah juga dapat menyediakan layanan masyarakat dan dukungan ibu, melakukan promosi media, perlindungan ibu, mengimplementasikan kode internasional pemasaran pengganti ASI serta pemantauan kemajuan dari hal-hal yang telah disebutkan di atas.

"Langkah-langkah yang terkoordinasi dapat meningkatkan kegiatan menyusui," katanya.

Di samping itu, lanjutnya, pemerintah pun perlu menyiapkan anggaran untuk mendukung praktik menyusui. Perhitungan anggaran salah satunya dapat dilakukan melalui "alat perencanaan finansial". Alat ini dapat mengukur seberapa besar investasi atau jumlah uang yang diperlukan agar kegiatan menyusui dapat optimal.

"Sudah saatnya negara turun tangan sepenuhnya untuk mensukseskan pemberian ASI untuk bayi di Indonesia. Adalah tugas negara untuk menghargai, melindungi, mendukung dan mempromosikan praktek menyusui dengan kemauan politis dan kekuatan finansial," ujar Mia.

Berdasarkan data dari UNICEF pada 2013, dari 135 juta bayi yang lahir setiap tahun di seluruh dunia, hampir 83 juta bayi tidak dapat memperoleh penyusuan yang optimal.

Padahal, penyusuan optimal merupakan salah satu cara paling efektif untuk memastikan kesehatan dan perkembangan anak yang fundamental.

Sementara itu, menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada 2013, diketahui para pemegang polis asuransi di negara itu harus mengeluarkan biaya premi 3--6 miliar dolar AS untuk mengobati penyakit infeksi yang sebenarnya bisa dicegah dengan menyusui. Pemerintah AS sebenarnya dapat menghemat biaya sekitar 13 miliar dolar per tahun untuk mencegah banyaknya kematian balita apabila pemberian ASI ekslusif dilakukan selama 6 bulan.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014