Ini adalah anomali cuaca besar-besaran, yang selama ini belum pernah terjadi...
Tanjungpinang (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat anomali cuaca secara besar-besar terjadi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

"Dalam catatan kami, bulan kering yang terjadi di Batam, Bintan, Tanjungpinang dan Karimun yang terjadi sejak 45 hari yang lalu merupakan terlama. Ini adalah anomali cuaca besar-besaran, yang selama ini belum pernah terjadi," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tanjungpinang, Hartanto, Minggu.

Perkiraan BMKG Tanjungpinang terkait terjadinya hujan di Kepulauan Riau (Kepri) dua kali meleset. Pertama, BMKG memprakirakan hujan terjadi di atas tanggal 20 Februari 2014.

Kemudian prakiraan yang kedua, hujan akan mengguyur Batam, Bintan, Karimun dan Tanjungpinang pada awal Maret. Hujan terjadi bersamaan dengaan perubahan arah angin dari utara ke barat daya.

"Sampai sekarang ternyata belum terjadi perubahan arah angin. Sekarang masih musin angin utara," ungkapnya.

Hal itu menyebabkan konsidi udara menurun dan menghambat pertumbuhan awan. Pada permukaan air laut juga masih dingin sehingga awan sulit terbentuk.

"Butuh waktu berminggu-minggu agar terjadi perubahan, sehingga awan terbentuk," ucapnya.

Bulan kering yang terjadi di Kepri, diprakirakan justru terjadi dalam waktu yang lama. Hal itu disebabkan faktor dari luar yaitu subsidensi yang meluas dari sekitar lintang menengah sampai ke khatulistiwa.

"Kepri terkena dampak terbesarnya, dibanding wilayah lainnya," ujarnya.

Ia mengemukakan, Tanjungpinang dan Bintan kemarin sempat terjadi mendung dan gerimis sebentar, namun tiba-tiba hilang. Hal itu disebabkan awan-awan yang membentuk hujan terbawa oleh angin.

"Peluang hujan di Tanjungpinang, Bintan, Karimun dan Batam pada saat ini sangat tipis," katanya.

Saat ini, hampir seluruh air di sumur warga Kota Tanjungpinang mengalami kekeringan. Warga terpaksa membeli air.

"Kami berharap ada solusi yang diberikan pemerintah. Bahaya kalau kondisi ini terus dibiarkan," kata Melda, ibu rumah tangga yang tinggal di KM 8 Tanjungpinang.

Sementara itu, Ketua Komunitas Bakti Bangsa Provinsi Kepulauan Riau Eva Fransiska mengemukakan, bantuan berupa air gratis yang diberikan oleh berbagai organisasi, PDAM Tirta Kepri dan caleg sangat terbatas dan dalam waktu tertentu. Mereka tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

"Ini saatnya pemerintah turun tangan, bergerak cepat untuk membantu masyarakat yang saat ini kesulitan mendapatkan air bersih. Salah satunya menciptakan hujan buatan," katanya.

Selain itu, PDAM Tirta Kepri juga sudah selayaknya menambah pelanggan secara merata di Tanjungpinang, karena sumber air bersih tidak hanya di Sei Pulai, melainkan juga Waduk Sei Gesek.

"Kalau hari ini seluruh rumah warga sudah tersambung jaringan pipa PDAM Tirta Kepri, tidak akan terjadi hal seperti ini. Sampai sekarang, PDAM Tirta Kepri hanya mampu melayani sebagian masyarakat Tanjungpinang," ungkapnya.

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014