Aden (ANTARA News) - Tujuh prajurit Yaman tewas Senin dalam serangan di provinsi wilayah selatan, Shabwa, kata seorang pejabat.

Kelompok orang tak dikenal menembakkan granat roket ke sebuah kendaraan militer yang mengangkut pasukan di dekat kota Mayfaa, kata pejabat itu.

Lima prajurit tewas seketika dan dua lagi meninggal akibat luka-lukanya sebelum tiba di rumah sakit, kata pejabat itu, dengan menambahkan bahwa tiga prajurit lain yang cedera dirawat di rumah sakit.

Pejabat itu sebelumnya mengatakan, kendaraan tersebut hanya mengangkut lima penumpang dan semuanya tewas dalam serangan itu.

Aparat keamanan Yaman menjadi sasaran serangan rutin yang dituduhkan pada Al Qaida di Semenanjung Arab, yang tetap aktif di wilayah selatan dan timur meski operasi militer telah dilakukan untuk menumpas militan.

Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.

Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.

Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida, demikian AFP.

(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014