Pasar sedang mencermati isu-isu terkait Pemilu."
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Rabu sore, bergerak menguat senilai 32 poin menjadi Rp11.565 dibanding sebelumnya Rp11.597 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Nilai tukar rupiah masih dalam area tren penguatan berada di kisaran Rp11500-an per dolar AS. Penguatan rupiah terutama berkat ketegangan politik antara Ukraina-Rusia berangsur mereda," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, kabar itu positif bagi pasar keuangan sehingga minat investor terhadap sejumlah aset safe haven, yang tampaknya menjadi sebuah investasi yang aman di satu pasar bisa menjadi investasi bencana di pasar lain, kembali menurun.

"Sebaliknya, para investor kini kembali berburu aset-aset berisiko, seperti mata uang rupiah," ujarnya.

Secara psikologis, lanjut dia, pelaku pasar keuangan domestik juga merespons positif pernyataan Bank Indonesia (BI) yang optimistis bahwa neraca perdagangan Indonesia akan kembali membaik menyusul membaiknya permintaan negara maju terhadap hasil tambang.

Adapun analis pasar uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto, mengemukakan, dalam jangka pendek-menengah ini pergerakan rupiah di pasar uang domestik masih terbatas karena pelaku pasar sedang mengambil posisi menanti dan melihat (wait and see) guna mengantisipasi hasil pemilihan umum (pemilu) legislatif dan presiden RI.

"Pasar sedang mencermati isu-isu terkait Pemilu," ucapnya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Rabu ini (5/3), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp11.580 dibanding sebelumnya (4/2) di posisi Rp11.647 per dolar AS. (*)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014