Saya ingin terus bermain. Saya tidak hanya ingin mendompleng sekedar menjadi penumpang
Jakarta (ANTARA News) - "Multum in pauco", pepatah Latin klasik yang artinya sedikit itu bermutu. Dan kapten Barcelona Carles Puyol tidak ingin adu banyak-banyakan bercokol di Barcelona.

Tidak selamanya adu banyak itu oke. Adu banyak kerapkali membuat orang keblinger menjurus membabibuta. Silakan mencontoh Puyol yang mengundurkan diri dari Barcelona di akhir musim ini atau pada 30 Juni 2014, setelah menebar dan menggenggam sukses selama 15 tahun di Camp Nou.

Di mata dan di hati Puyol, cukup itu cukup, istilah nginggrisnya "enough is enough". Di mata bek legendaris Blaugrana itu, baik atau tidaknya suatu tindakan terpulang dari akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.

Bila Puyol yang kini telah berusia 35 tahun itu lengser keprabon, maka ia menyadari sepenuhnya bahwa kiprahnya yang "hanya" 15 tahun bersama Barcelona hanya dapat diukur dari prestasi yang ia persembahkan.

Puyol yang kini berusia 35 tahun itu berbuat sedikit saja, tetapi kiprahnya bermutu, jauh dari hasil yang kacangan.  Dengan mengoleksi 21 gelar bersama Barca dan dua trofi bareng La Furia Roja, pemain berjuluk Puyi itu mengukir sukses kedua sepanjang ziarah sejarah setelah Xavi Hernandez.

Puyol terinspirasi filosof Yunani Aristoteles. Di mata filosof itu, benar atau tidaknya sebuah tindakan hanya ditentukan oleh baik atau buruk akibat tindakan yang diambil, meski masih perlu dilibatkan situasi yang melatarbelakanginya.

Puyol mengundurkan diri. Ada situasi yang melatarbelakangi, karena ia mengetahui akibat baik atau akibat buruk dari sebuah tindakan, bersepak bola baik di ajang La Liga maupun Liga Champions, atau perhelatan domestik lainnya.

Ia tidak terus ngotot mencari-cari atau memburu panggung. Puyol tidak ingin bersekutu dengan segala macam previlese. Ia tahu diri, karena ia tahu bahwa sedikit itu bermutu.

Berbekal rumus bahwa sedikit itu bermutu, Puyol cepat-cepat tahu diri. Dalam usianya yang sudah terbilang tidak lagi muda, tugas mengawal pertahanan sebagai bek dalam sepak bola modern demikian memerlukan konsentrasi dan dukungan fisik ekstra kuat. Dirinya menerima kenyataan bahwa ketahanan tubuhnya memiliki batas.

Puyol, sang gladiator petarung itu, setidaknya telah menderita 36 cedera dengan bolak balik menjalani operasi kesehatan. Ia selalu bangkit karena ia digerakkan oleh logika waktu bahwa waktu yang tinggal sedikit perlu diisi dengan banyak hal yang bermutu.

"Sesudah dua kali menjalani operasi belakangan ini, saya merasa kesulitan untuk benar-benar pulih agar meraih level kebugaran memadai, sementara saya perlu terus bertanding. Ini alasan mengapa saya mengambil keputusan ini (mundur)," katanya.

Dengan tahu mau dan berbuat berlandaskan pakem bahwa sedikit itu bermutu, Puyol membuat prioritas bahwa berbuat yang baik berada di atas segalanya. Ia tidak ingin merugikan siapa-siapa, ia ingin bersikap peka dengan seribu satu harapan publik, utamanya pecinta setia Barca.

Puyol tidak ingin meninggalkan gelanggang pertarungan, karena ia menjunjung tinggi kredo bahwa hati publik harus dimenangkan, apapun dan berapapun bayarannya.

Layaknya Bunda Langit yang selalu mengayomi mereka yang terus bekerja bersungguh-sungguh dengan meninggalkan atau membuang jauh-jauh kepentingan diri sendiri, Puyol ingin memberi segala apa yang terbaik di sisa musim ini membela Barcelona.

"Masih tersisa tiga bulan ke depan jelang akhir musim. Mereka tahu bahwa saya tidak akan menyerah sampai akhir. Saya akan terus berjuang bersama mereka, bersama tim untuk mencapai tujuan meraih sukses  di akhir musim ini."

Pernyataan itu jauh dari omong-omong bernuansa pepesan kosong. Puyol meniti karies di Barca sejak 1999. Bersama Xavi Hernandes, ia telah tampil dalam 593 laga.

Puyol bertitel bek tengah jempolan berkelas dunia. Ia sukses seirama hamparan dekade dengan memboyong tiga gelar Liga Champions dan enam gelar La Liga.

Sejumlah sohib Puyol melontarkan testamen. "Saya akan terus berada di samping anda sampai akhir musim ini. Hal itu sebuah kehormatan tersendiri bagi saya. Saya berharap Anda beroleh segala hal terbaik di masa depan. Tidak ada yang seperti Anda (Puyol)," Andres Iniesta menulis di laman Facebooknya. "Terima kasih kapten. Semoga sukses," kata Cesc Fabregas dalam media tweeternya.

Puyol membongkar untuk membangun makna diri bahwa yang sedikit itu senantiasa bermutu. Ia sosok krusial di balik sukses Spanyol memenangi kejuaraan Eropa pada 2008 dan menghantar Spanyol untuk kali pertama meraih  Piala Dunia 2010.

Memori manis manakala Puyol mencetak satu gol dengan sundulan kepala ke gawang Jerman di perhelatan Afrika Selatan. Saat itu, Spanyol menang 1-0. "Carles contoh bagi setiap pemain di lapangan," kata pelatih Spanyol Vicente del Bosque.

"Ia seorang pemimpin sejati, pemain yang senantiasa begitu lekat dengan Barcelona," kata mantan gelandang Barca, Thiago Alcantara yang sekarang bermain untuk Bayern Muenchen.

Pengakuan demi pengakuan itu mengukuhkan Puyol sebagai pribadi yang menghidupi nilai kualitas, setakat dengan paham bahwa sedikit itu bermutu.

Puyol seakan mengajukan pertanyaan, Anda ingin menjadi manusia berkualitas? Silakan bertindak dan berlaku berbasis nilai, bukan sekedar cari jalan pintas, apalagi cari yang gampangan dengan berkata "yang mudah saja tersedia, kenapa mencari dan melakukan yang njlimet".

Dengan bertindak berlaku berbasis nilai itulah, seseorang diharapkan berlaku secara bertanggungjawab dengan membedakan mana nilai sejati, mana nilai yang semu saja, atau menyaring pikiran yang sehat dari pikiran yang berkualitas comberan. Dan Puyol bertanggungjawab atas perilakunya.

Pada Desember lalu, surat kabar Spanyol Mundi Deportivo menurunkan berita bahwa bek tengah Barcelona itu segera gantung sepatu di akhir musim ini. Sontak, Puyol yang saat itu berumur 35 tahun menjawab lewat laman resmi Barcelona bahwa ia ingin tetap bermain sampai berusia 40 tahun.

"Saya ingin terus bermain. Saya tidak hanya ingin mendompleng sekedar menjadi penumpang. Saatnya nanti, saya akan memutuskan soal itu," katanya. Kontrak Puyol di Barcelona sampai 2016.

Siapa pengganti Puyol di Barcelona? Pilihan jatuh salah satunya kepada David Luiz. Kalangan internal Barcelona menyebutkan bahwa bek berpaspor Brasil yang kini membela Chelsea itu terus dipantau radar kubu Camp Nou.

Selain Luiz, ada sejumlah bintang muda yang sudah masuk dalam menu Barcelona. Mereka yang dibidik antara lain, pemain Dynamo Kiev, Aleksandar Dragovic yang dibanderol 12 juta euro, pemain Villarreal Mateo Musacchio (30 juta euro), pemain Porto Eliaquim Mangala (25 juta euro), pemain AZ Jeffrey Gouweleeuw (12 juta euro) dan pemain Athletic Bilbaos Aymeric Laporte (36 juta euro).

Laporte dan Musacchio berpengalaman malang melintang di La Liga, meski keduanya bertarif relatif mahal. Barcelona sedang mencari full-bek yang dapat bahu membahu bersama Pique di lini pertahanan, di tengah situasi Alves yang kini tidak dalam performa terbaik.

Datang tidaknya pemain-pemain itu, pecinta sepak bola dunia bakal merindukan Puyol yang berjuluk "Tarzan, "the Wall,", "Sir Charles". Kerinduan yang datang dari sebuah kesetiaan: 682 laga bersama Barcelona (593 bersama tim utama), 100 kali membela timnas Spanyol, memenangi enam gelar La Liga, dua Copa del Rey, tiga Liga Champions, satu Piala Dunia, dan satu juara Eropa.

Di hati pecinta Barca, terukir kenangan manis bahwa Puyol yang lahir pada 1978 di kota kecil wilayah Catalan, La Pobla de Segur di provinsi Lleida, meninggalkan kesan mendalam bahwa yang sedikit itu senantiasa bermutu.

Waktu jugalah yang membaptis Puyol kian bermutu. Pertanyaannya kemudian, ke mana ia akan berlabuh?

Dan Puyol menjawab, "Saya tidak memiliki teknik seperti pemain sekelas Romario, tidak punya kecepatan seperti yang dimiliki (Marc) Overmars atau kekuatan seperti yang dimiliki oleh (Patrick) Kluivert, tetapi saya toh, telah dan terus bekerja keras seperti mereka."

"Saya layaknya pelajar yang terus ingin menjadi pintar. Saya terus merevisi hasil ujian meski akhirnya tidak memuaskan juga," kata Puyol.

Barcelona dan Spanyol kehilangan dia, tetapi apakah ini kali terakhir publik melihat dia mengukir sesuatu yang indah dan bermakna dalam perjalanan waktu di jagad sepak bola?

Dan Puyol seratus persen tidak disentuh bimbang bahwa di mana ada cinta, di situ ada kepercayaan (ubi amor, ibi fides).
(T.A024) 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014