Pekanbaru (ANTARA News) - Kualitas udara di Kota Pekanbaru kini dalam status "Sangat Tidak Sehat" akibat polusi asap kebakaran hutan dan lahan yang melanda sebagian besar Provinsi Riau.

Berdasarkan pantuan Antara di Pekanbaru, Minggu, alat indeks pencemaran udara yang berada di pusat kota mencapai angka lebih dari 200 partikel debu (PM10). Hal ini menunjukan status sangat tidak sehat menyusul asap pekat yang sudah menyelimuti Pekanbaru lebih dari satu bulan terakhir ini.

"Asap makin parah, sampai masuk ke dalam rumah membuat kita sulit tidur," kata warga Pekanbaru, Suliswanto (24).

Menurut warga lainnya, Andayani (31), kondisi pencemaran asap pada tahun ini merupakan yang terparah sejak kebakaran hutan mulai menjadi tren di Riau pada 1997.

"Ini lebih parah daripada tahun 1997 yang asap saat itu hanya sekitar seminggu. Sekarang ini sudah sebulan lebih polusi asap terus," keluhnya.

Data Satgas Tanggap Darurat Asap Riau akhir pekan ini menunjukan polusi memprihatinkan tidak hanya terjadi di Pekanbaru tapi juga Kota Dumai. Bahkan, indeks pencemaran dalam status "Berbahaya" (hazardous) terjadi di Kabupaten Bengkalis dan Siak yang mencapai angka lebih dari 500 Psi.

Sudah lebih dari 40 ribu warga terserang penyakit akibat polusi asap. Luas hutan dan lahan yang terbakar lebih dari 14.000 hektare.

Sementara itu, berdasarkan data BMKG mengenai jumlah titik panas (hotspot) tanggal 9 Maret pukul 05.00 WIB menunjukan di Pulau Sumatra ada 368 titik panas. Jumlah titik panas di Riau mencapai 327 titik

Rinciannya, di Kabupaten Bengkalis ada 112 titik panas, Kepulauan Meranti (56), Indragiri Hilir (27), Indragiri Hulu (6), Kota Dumai (19), Rokan Hilir (15), Siak (67), Pelalawan (25).

Tingkat kepercayaan di Riau lebih dari 71 persen artinya 183 titik api adalah kebakaran.

Sedangkan, cuaca di Riau pada umumnya cerah berawan serta diselimuti kabut asap, dengan jarak pandang pada pukul 07.00 WIB hanya 300 meter.

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014