...beda dengan anak perempuan sekarang begitu semangat untuk kuliah dan mengikuti kegiatan di luar jam kuliah...
Denpasar (ANTARA News) - Wanita Bali yang dulu lebih banyak memilih terjun ke dunia kesenian dan merangkai janur yang disebut "canang" untuk keperluan ritual keagamaan, kini cukup banyak yang terjun ke dunia politik menjadi calon legislatif.

Sosok wanita Bali selama ini dikenal memiliki kehalusan jiwa, gigih dan iklas membantu suami serta sanggup bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan keluarga serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesamanya.

Semangatnya tidak pernah pudar dalam menghadapi rintangan dan persaingan yang semakin ketat, termasuk terjun ke panggung politik, seperti yang dilakoni belasan wanita Bali lintasparpol pada Pemilu legislatif 9 April 2014.

Guru besar Fakultas Hukum Universitas Udayana, Prof Dr Wayan P. Windia menuturkan, wanita Bali dalam kehidupan sehari-hari selama ini sudah terbiasa bergelut dengan dunia politik, tanpa mengenyampingkan perannya dalam kehidupan keluarga maupun dalam lingkungan desa adat.

Dalam kententuan undang-undang telah memberikan ruang kepada wanita di Pulau Dewata untuk terjun dalam bidang politik, meskipun selama ini didominasi para pria.

Namun dengan adanya kuota 30 persen bagi calon legislatif (caleg) wanita sangat terbuka peluang mereka berkiprah dalam kancah politik, ujar Prof P. Windia yang juga pengamat masalah Hukum Adat di Bali.

Peluang besar bagi perempuan Bali dalam kegiatan politik mulai dimanfaatkan secara maksimal, mengingat semua partai politik terbuka terhadap caleg perempuan, bahkan terkesan parpol "memaksa" perempuan Bali untuk ikut dalam pertarungan merebut kursi di DPRD kabupaten/kota, provinsi maupun DPR-RI.

Demikian pula dalam beberapa tahun ke depan kaum hawa bisa menduduki jabatan strategis dalam bidang politik, pemerintah maupun swasta. Wanita Bali memiliki keunggulan antara lain pada penampilan, kemampuan intelektual, komunikasi serta keaktifan dalam organisasi kemasyarakatan.

"Zaman saya dulu wanita tidak terlalu aktif dalam kegiatan organisasian dan hasilnya kita bisa lihat setelah 20 tahun kemudian tidak terlalu banyak pemimpin wanita, beda dengan anak perempuan sekarang begitu semangat untuk kuliah dan mengikuti kegiatan di luar jam kuliah," tutur Prof Windia, pria enerjik dalam usia yang menginjak 66 tahun.

Sosok pria kelahiran perkampungan seniman Ubud tahun 1948 itu menjelaskan, secara umum anak perempuan dalam mengikuti kuliah lebih serius, sehingga mampu meraih lulusan terbaik "cum loude".

Selain itu anak perempuan umumnya lebih disiplin dalam mengikuti kuliah maupun membuat tugas dan beberapa aktivitas kampus sehingga kelak mengantarkan mereka menjadi seorang pemimpin.

Sanggup bersaing

Wanita Bali menurut Prof P. Windia dengan latar belakangan pendidikan perguruan tinggi, serta kesadaran tentang etos kerja yang kuat, akan menjadi modal untuk bersaing di pentas politik, yang nantinya bisa duduk sejajar dengan pria dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat.

Wanita yang dipercaya menjadi "wakil rakyat" itu, dari segi kemampuan intelektual dan keberanian adu argumentasi tidak diragukan, meskipun masih mengedepankan sosok seorang ibu yang penuh kasih sayang.

Wanita Bali yang akan lolos ke kursi DPRD Kabupaten/kota maupun DPRD Bali siap menyingsingkan lengan baju untuk bekerja keras, memperjuangkan nasib rakyat agar lebih sejahtera.

Hal itu didasarkan atas pengalaman dan kenyataan selama ini, wanita Bali sanggup melakoni bidang pekerjaan apa saja yang produktif secara profesional.

Meskipun selama ini belum mampu memenuhi kuota 30 persen perempuan duduk di kursi DPRD Kabupaten/kota dan DPRD Bali, namun mereka tidaklah gagal pada Pemilu-Pemilu sebelumnya.

Pada Pemilu 2009 di Bali sekitar 28 caleg perempuan lintasparpol berhasil menembus kursi wakil rakyat, empat di antaranya ke DPRD Bali dan 24 orang di DPRD Kabupaten/kota se Bali.

Jumlah itu diharapkan meningkat berlipat ganda pada Pemilu 9 April 2014 mengingat kuota untuk caleg wanita sebesar 30 persen. Empat wanita yang lokos ke kursi DPRD Bali hasil Pemilu 2009 terdiri atas Hening Puspita Rini dari PDIP daerah pemilihan Kabupaten Bangli.

Tutik Kusuma Wardhania (Partai Demokrat) daerah pemilihan Kabupaten Buleleng, Ni Made Sumiati (PDIP) daerah pemilihan Kabupaten Karangsem dan Utami Dewi Suryadi (Partai Demokrat) daerah pemilihan kota Denpasar.

Tercapai 7,5 persen

Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Provinsi Bali Dewa Ayu Sri Wigunawati mengatakan, 28 wanita yang lolos ke kursi DPRD Kabupaten/kota dan Provinsi Bali pada Pemilu 2009 itu hanya tercapai 7,5 persen dari kuota sebesar 30 persen.

Hal itu hendaknya menjadi cambuk bagi semua pihak untuk mendukung calon legislatif (caleg) perempuan pada Pemilu Legislatif 2014 dengan memberikan suara kepada perempuan.

Ia mengajak semua pihak untuk memilih kaum perempuan pada pesta demokrasi mendatang, agar bisa mewakili di DPRD kabupaten/kota, provinsi, DPR RI dan DPD RI sekaligus mewujudkan kesetaraan gender.

Pemilih laki-laki maupun perempuan diharapkan memberikan dukungan hak suara pada caleg perempuan untuk mencapai kuota 30 persen keterwakilan perempuan dalam parlemen.

Untuk itu pihaknya bersama organisasi wanita lainnya bekerja keras mensosialisasikan gerakan suara untuk perempuan, dengan menyasar pemilih perempuan, maupun pemilih laki-laki.

Hal itu penting mengingat caleg perempuan sangat diuntungkan dengan adanya gerakan suara perempuan, selain untuk mendongkrak suara bisa langsung turun ke masyarakat dan mengetahui permasalahan di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

"Dari sosialisasi gerakan suara perempuan masyarakat juga bisa mengenal figur-figur caleg perempuan secara langsung, tidak hanya melalui baliho, spanduk maupun kartu nama," ujar Srigunawati yang gigih memberikan pendidikan politik kepada para caleg perempuan lintasparpol.

Masyarakat tidak meragukan kemampuan caleg perempuan dalam mengawal aspirasi masyarakat yang memiliki kualitas yang sama dengan laki-laki. Bahkan wanita lebih peka terhadap masalah yang ada di masyarakat.

Oleh sebab itu masyarakat pemilih hendaknya memberikan dukungan dan kesempatan kepada caleg perempuan masuk parlemen dalam Pemilu Legislatif 9 April mendatang, harap Srigunawati.

Oleh I Ketut Sutika
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014