Khartoum (ANTARA News) - Kekerasan meluas di wilayah Darfur, Sudan, kata pasukan penjaga perdamaian internasional, Minggu, dengan melaporkan sebuah daerah yang dilanda penjarahan dan ribuan orang lagi mengungsi setelah pekan lalu sekitar 40.000 meninggalkan rumah mereka.

Ini merupakan gelombang besar ketiga kekerasan di sejumlah daerah di Darfur, sebuah kawasan yang memiliki ukuran seluas sekitar Prancis, dalam beberapa hari terakhir ini.

Misi PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID) mengatakan dalam sebuah pernyataan, ribuan orang mengungsi dari daerah Saraf Omra, sekitar 100 kilometer sebelah timur El-Geneina, ibu kota negara bagian Darfur Barat.

Mereka berlindung di sekitar pangkalan UNAMID di daerah itu.

"Misi memberikan perlindungan dan air kepada mereka, serta perawatan medis kepada lebih dari 30 individu yang cedera," katanya kepada AFP.

"Patroli yang dilakukan misi itu melihat penjarahan di sekitar kota dan penghancuran pasar setempat," setelah kekerasan antar-masyarakat, tambah pernyataan itu.

Darfur dilanda peningkatan kekerasan dalam setahun terakhir antara milisi-milisi Arab.

"Insiden di daerah Saraf Omra berlangsung setelah kekerasan-kekerasan lain di Darfur," kata UNAMID, menunjuk pada peristiwa rusuh di daerah-daerah Taweisha dan El Lait di Darfur Utara dan kekerasan lain di Darfur Selatan.

PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan. Pemerintah Khartoum menyebut jumlah kematian hanya 10.000.

Sebanyak 1,4 juta orang berada di kamp-kamp pengungsi di Darfur setelah meninggalkan rumah mereka selama konflik di wilayah Sudan barat itu.

Pemerintah Sudan menandatangani sebuah perjanjian perdamaian sponsoran Qatar dengan sebuah aliansi kelompok pemberontak pada 2011, namun kelompok-kelompok besar menolaknya.

Kelompok gerilya utama Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menolak perjanjian itu, yang ditandatangani Sudan dan Gerakan Keadilan dan Kebebasan (LJM), sebuah kelompok pemberontak lain di Darfur.

JEM adalah satu dari sejumlah kelompok Darfur yang memberontak pada 2003 untuk menuntut otonomi lebih luas bagi wilayah barat yang gersang itu. Mereka kini dianggap sebagai kelompok pemberontak yang paling kuat di Darfur.

Perpecahan di kalangan pemberontak dan pertempuran yang terus berlangsung menjadi dua halangan utama bagi perundingan perdamaian yang berlangsung sejak 2003 di Chad, Nigeria dan Libya, sebelum pindah ke Doha.

Bentrokan-bentrokan antara pasukan Sudan dan gerilyawan masih terus berlangsung di Darfur meski misi penjaga perdamaian terbesar dunia UNAMID ditempatkan di wilayah Sudah barat itu.

Misi PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID), yang kini berjumlah 23.500 orang dan merupakan misi penjaga perdamaian terbesar di dunia, ditempatkan di Darfur, Sudan barat, sejak 2007 untuk berusaha mengakhiri permusuhan antara pemberontak dan pemerintah Sudan.

(Uu.M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014