Bagi bayi yang terpapar langsung asap, maka pertumbuhan sel-sel otaknya akan berkurang, sehingga mengurangi tingkat intelektual dan kemunduran kecerdasan,"
Pekanbaru (ANTARA News) - Polusi asap kebakaran lahan dan hutan sangat berbahaya bagi generasi penerus di Provinsi Riau, karena berdampak buruk pada pertumbuhan sel otak dan intelegensia bayi.

"Bagi bayi yang terpapar langsung asap, maka pertumbuhan sel-sel otaknya akan berkurang, sehingga mengurangi tingkat intelektual dan kemunduran kecerdasan," kata dokter Azizman Saad dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru di Pekanbaru, Selasa.

Bahkan, ia mengatakan bayi yang masih didalam kandungan ibunya juga terancam bahaya asap, karena pertumbuhan janin tidak bisa optimal dan justru mengecil.

Kondisi polusi asap kebakaran di Provinsi Riau yang berkepanjangan karena sudah berlangsung lebih dari sebulan terakhir, diakui Azizman membuat daerah tersebut sudah tidak layak lagi dihuni.

Sebab, indeks pencemaran udara menunjukan level sangat tidak sehat sampai berbahaya, yang dalam kondisi tersebut seharusnya pemerintah mengungsikan seluruh warganya.

Dalam kondisi pencemaran tersebut, lanjutnya, tingkat oksigen murni di udara menurun drastis dari batas normal sekitar 20,9 persen. Udara kini sudah dipenuhi oleh partikel berbahaya sisa pembakaran lahan gambut dan kayu, diantaranya adalah metan dan karbondioksida.

"Polusi ini membuat Riau sudah tidak layak dihuni, idealnya warga harus diungsikan. Tapi pemerintah tentu tidak akan mampu mengungsikan semua warganya," kata dokter spesialis paru ini.

Ia mengatakan, penggunaan masker medis saat polusi asap yang makin parah sekarang ini tidak banyak menolong. Apalagi masker yang dibagi-bagikan pemerintah tidak sesuai standar untuk menangkap partikel berbahaya.

"Masker hijau yang tipis itu tidak bisa menyaring partikel-partikel kecil yang terkandung pada asap. Tapi ya daripada tidak sama sekali," katanya.

Karena itu, banyaknya jumlah warga sakit akibat asap tidak bisa dihindari lagi dan hingga kini sudah lebih dari 44.000 orang berdasarkan data Satgas Tanggap Darurat Asap Riau.

Ia mengatakan, banyaknya jumlah warga sakit tersebut mayoritas baru merupakan efek jangka pendek dari asap. Menurut dia, asap kebakaran Riau setara dengan bahaya asap rokok yang dipadatkan karena mengandung 4.000 partikel zat berbahaya.

Karena itu, bagi warga dewasa, menghirup asap kebakaran Riau dalam jangka panjang paling dalam tempo 10 tahun lagi, akan meningkatkan resiko terserang kanker paru-paru.

"Sekarang ini mungkin kita merasa sehat. Tapi ketika berusia 40 tahun nanti, baru akan terasa dampaknya," kata Azizman.(*)

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014