Oxium pun kini menjadi penguasa 90% pasar kantong plastik di segmen modern market. Karena manfaatnya yang cukup besar bagi lingkungan, Oxium menembus pasar Amerika Serikat (AS) Hongkong, dan Singapura."
Jakarta (ANTARA News) - Oxium, plastik ramah lingkungan asal Indonesia yang diperkenalkan Sugianto Tandio berhasil meraih "The Singapore Green Labeling Scheme" (SGLS), sebuah lembaga nirlaba resmi bentukan Kementerian Lingkungan Hidup Singapura (Singapore Environment Council/SEC).

Sugianto Tandio dalam keterangan pers di Jakata, Rabu, menyatakan, pembentukan SGLS bertujuan untuk membantu masyarakat mengidentifikasi produk ramah lingkungan yang telah memenuhi eco-standar di Singapura.

Selain itu, pemberian label sertifikat hijau ini merupakan upaya pemerintah Singapura untuk meningkatkan pemakaian produk ramah lingkungan seiring dengan makin meningkatnya permintaan produk ramah lingkungan di pasar Singapura.

"Sertifikasi ini juga diharapkan bisa mendorong produsen lain untuk menghasilkan produk-produk yang ramah lingkungan," katanya.

Oxium merupakan produk hasil inovasi Sugianto melalui perusahaannya PT Tirta Marta. Di luar nama sebagai merek, Oxium sendiri merupakan nama bahan adiktif yang ditambahkan pada plastik untuk mempercepat proses degradasinya sehingga juga mempercepat proses penguraiannya sebagai bahan organik di alam.

Sugianto berhasil menemukan zat adiktif yang mampu menyulap kemasan plastik menjadi produk yang ramah lingkungan dengan sokongan dana dari CDC Group asal Inggris dan Norfund asal Norwegia.

Konon, kemasan plastik biasa baru bisa terurai setelah 1.000 tahun. Nah, jika menggunakan tambahan zat adiktif Oxium dalam proses pembuatannya, kemasan plastik itu bisa terurai dalam dua sampai lima tahun.

Tirta Marta juga memproduksi Ecoplast, semacam resin dengan bahan dasar tepung singkong yang siap dipakai untuk membuat plastik ramah lingkungan. Kini, Ecoplast dan Oxium dipakai oleh banyak produsen plastik.

"Oxium pun kini menjadi penguasa 90% pasar kantong plastik di segmen modern market. Karena manfaatnya yang cukup besar bagi lingkungan, Oxium menembus pasar Amerika Serikat (AS) Hongkong, dan Singapura," kata Sugianto.

Kini, Tirta Marta memproduksi 3.000 ton Oxium per bulan. Dari penjualan Ecoplast dan Oxium, perusahaan ini meraup omzet 10 juta dolar AS per bulan. Auereos Capital asal Inggris juga turut memiliki 40 persen saham Tirta Marta dengan membeli saham 5 juta dolar AS. Nilai perusahaan ditaksir mencapai 12,5 juta dolar AS.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014