... meminta masyarakat mewaspadai peredaran uang palsu menjelang dua kali Pemilu 2014 kali ini... "
Denpasar (ANTARA News) - "Indikasi ada tentang peredaran uang palsu, dengan melihat momen antartempat dan antarwaktu," kata Asistan Manajer Unit Adminstrasi, Pengolahan Data, dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara, Mohammad Yasser, di Denpasar, Jumat.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara meminta masyarakat mewaspadai peredaran uang palsu menjelang dua kali Pemilu 2014 kali ini. Dulu, ada istilah "serangan fajar" untuk praktik beli suara.

Pulau Dewata selama ini sering menjadi sasaran peredaran uang palsu. Namun produsen lembaran palsu itu, kata dia, bukan berasal dari Bali.

Untuk itu bank sentral kini gencar menyosialisasikan ciri-ciri uang rupiah asli sehingga diharapkan masyarakat memiliki kemampuan mendeteksi uang palsu.

Modus operandi jaringan pengedar uang palsu ada banyak, di antaranya ke pedagang pasar tradisional karena mereka belum paham benar ciri uang palsu itu. "Biasanya malam hari karena minim penerangan," ucapnya.

Hingga triwulan IV 2013, temuan uang palsu di Bali sebanyak 894 lembar atau meningkat 0,79 persen dibandingkan selama triwulan sebelumnya (887 lembar). Uang palsu yang ditemukan terdiri atas pecahan besar Rp100.000 (94,74 persen), dan pecahan Rp50.000 (4,36 persen).

Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014