Ankara (ANTARA News) - Turki menyatakan tidak mengakui hasil referendum di Krimea di mana pemilih memilih bergabung dengan Rusia. Turki mengkhawatirkan masa depan warga Tatar yang berbahasa Turki di wilayah itu.

"Referendum ini tidak diakui, dan tidak punya legitimasi," kata Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu dalam jumpa pers di Ankara, didampangi pemimpin Tatar Krimea Mustafa Kirimoglu.

Banyak orang Tatar yang menentang aneksasi Rusia karena takut hak-haknya sebagai minoritas tergerus.

"Kami tidak dan tidak akan menerima referendum itu," kata Kirimoglu. "Masa depan Tatar Krimea terletak pada negara Ukraina."

Davutoglu menyebut referendum itu melanggar integritas teritorial Ukraina. "Saya berharap referendum ini yang tak bisa diterima, tidak akan mengantar pada ketegangan baru," kata dia.

Turki, sekutu NATO, mengatakan 12 persen rakyat Krimea adalah warga Tatar berbahasa Turki yang beragama Islam aliran sunni seperti mayoritas orang Turki.

Krimea pernah menjadi bagian Kesultanan Usmaniyah sampai dikuasai Rusia pada abad 18.

Warga Tatar --yang saat itu penduduk mayoritas-- dituduh berkolaborasi dengan Nazi sehingga jutaan dari mereka dipindahkan secara paksa oleh Joseph Stalin pada 1940-an, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014