Satwa-satwa liar ini hanya punya dua pilihan, yakni berusaha bertahan hidup dengan melakukan berbagai cara adaptasi atau mati. Sementara satwa yang dibudidayakan lebih memiliki peluang bertahan,"
Semarang (ANTARA News) - Universitas Negeri Semarang memiliki profesor yang ahli mengenai ulat sutera dari tiga guru besar baru Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang dikukuhkan, Kamis.

Tiga profesor baru Unnes itu, yakni Prof Kartono dari bidang Evaluasi Pendidikan Matematika, Prof Susilo dari bidang Ilmu Fisika Medik, dan Prof Priyantini Widyaningrum bidang Ekofisiologi Hewan.

Dalam pidato pengukuhannya berjudul "Ekofisiologi Hewan Dalam Ilmu Terapan: Kajian Pada Budi Daya Ulat Sutera (Bombyx mori L), Priyantini menyoroti tentang strategi dalam pembudidayaan ulat sutera.

Menurut Guru Besar Ke-86 Unnes itu, pemanasan global faktanya telah meningkatkan suhu lingkungan dan perubahan iklim sehingga menyebabkan kehidupan satwa-satwa liar dalam populasinya terpengaruh.

"Satwa-satwa liar ini hanya punya dua pilihan, yakni berusaha bertahan hidup dengan melakukan berbagai cara adaptasi atau mati. Sementara satwa yang dibudidayakan lebih memiliki peluang bertahan," katanya.

Ia menjelaskan sebenarnya ada dua spesies ulat sutera yang dimanfaatkan manusia untuk menghasilkan serat sutera, yakni ulat sutera liar dari famili Saturniidae dan ulat sutera murbei dari famili Bombycidae.

Meski ulat sutera liar memiliki keunggulan dalam variasi warna-warna alami menarik dan sifatnya yang memakan berbagai sumber makanan, kata dia, produksi serat sutera dunia didominasi ulat sutera murbei.

Ulat sutera murbei memang lebih berpeluang mampu menyesuaikan dampak pemanasan global karena dibudidayakan, kata dia, tetapi pengelolaan faktor lingkungan untuk menjaga kestabilan produksi sangat penting.

"Perbedaan iklim antarwilayah, tropis dan subtropis dengan keanekaragaman sifat dan keunggulan berbagai macam ulat sutera memberikan ruang untuk mengembangkan ras unggul sesuai kondisi wilayah," katanya.

Guru Besar Ke-19 FMIPA Unnes itu menambahkan para peneliti sekarang ini terus mengevaluasi potensi genetik ulat sutera untuk menghasilkan ras komersial yang memiliki kemampuan luar biasa dalam hidup dan bereproduksi.

"Selain untuk menghasilkan ras unggul, budi daya ulat sutera ini sekaligus sebagai upaya konservasi yang manfaatnya tidak sekadar untuk melestarikan, tetapi memberikan nilai manfaat tinggi," kata Priyantini.

Dari bidang Fisika Medik, Susilo sebagai Guru Besar Ke-20 Unnes menyampaikan pidato pengukuhan berjudul "Sistem Pencitraan Sinar-X DIgital Sebagai Tren Menuju Sistem Radiografi Ramah Lingkungan".

Sementara itu, Kartono mengangkat tentang "Rehabilitasi Citra Karakteristik Afektif Untuk Pembelajaran Matematika Melalui Assessment" untuk menepis anggapan umum di masyarakat atas sulitnya pelajaran Matematika.

"Muncul anggapan, matematika itu susah, membikin pusing kepala, banyak rumus, gurunya galak, dan sebagainya. Sifat negatif itu akibat dari banyak aspek, misalnya persepsi umum yang seperti itu," katanya.

Kemudian, kata dia, pengalaman proses pembelajaran Matematika di kelas yang kurang menarik, pengalaman dicemooh guru karena tidak bisa, dan persepsi yang terbentuk karena tidak berhasil mempelajari Matematika.

"Dalam menyampaikan materi Matematika, guru perlu memahami baik tentang pelajaran ini, mengetahui kondisi afektif siswa, perlu pula melakukan improvisasi kegiatan pembelajaran," kata Guru Besar ke-18 Unnes itu.

(KR-ZLS/I007)

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014