London (ANTARA News) - Musim dingin dan penghujan di masa depan diperkirakan akan meningkatkan polusi dari lahan pertanian ke sungai - sungai di Inggris, dan juga dapat berakibat sama di lokasi lainnya, kata peneliti.

Sekelompok peneliti dari Universitas Lancaster, Inggris, mengemukakan, peningkatan dan curah hujan yang lebih intensif di musim dingin kemungkinan besar akan mengeluarkan pupuk lebih banyak dari tanah dan mengalir ke sungai.

Hal ini bisa menyuburkan tanaman secara artifisial, termasuk diantaranya ganggang beracun.

Tim peneliti kini memulai sebuah proyek untuk memperkirakan dan mengurangi polusi dari lahan pertanian.

Studi mereka bertujuan untuk mengetahui bagaimana dari perubahan iklim, kemudian penggunaan lahan pertanian yang berkombinasi dan berdampak pada saluran air.

Bukan hanya curah hujan yang dapat menyebabkan masalah, namun juga suhu cuaca, kata Kepala tim penelitian Prof Philip Haygarth, seperti dilansir BBC, Senin.

"Lebih kering, musim yang lebih panas berarti proses dalam tanah akan berubah dan tanah akan retak terbuka," ujar dia.

Hal ini akan membuat jalur di tanah yang dapat membuat air mengalir.

"Kami mempelajari proses yang mungkin terjadi di masa depan dan menggunakan contoh kejadian iklim untuk menjalankan skenario sehingga kita dapat mengelola apa pun yang terjadi secara lebih baik di masa depan," ujarnya.

Proyek ini, yang bernama Nutrients in Catchments to 2050, melibatkan peneliti dari beberapa lembaga di Inggris dan Wales, termasuk dari Met Office Hadley Centre, Universitas Bangor dan Universitas Liverpool.

Para ilmuwan menggabungkan metode pengukuran langsung terhadap kualitas air dengan model iklim.

Proyek ini juga dapat membantu menggambarkan berapa banyak tanah akan mampu menyerap pupuk, dan juga mengeluarkan pupuk.

"Kita harus mampu mengimplementasikan pengetahuan yang terbaik dengan model komputer terbaru, dengan data terbaik yang memungkinakn untuk membuat prediksi terbaik tentang apa yang akan terjadi di masa depan tentang penggunaan lahan dan dengan iklim," ujarnya.

Juru bicara lembaga itu menambahkan berinvestasi dalam proyek untuk menangkap gejala pertanian yang sensitif adalah prioritas dan riset ini akan "sangat berguna".

Meskipun lokasi penelitian difokuskan di Inggris, Philip menyebut ini adalah masalah berskala internasional.

"Petani melakukan yang terbaik yang mereka bisa," ujarnya.

"Sangat sulit untuk mengelola hal-hal ini, dan kami mencoba bekerja sama dengan mereka untuk beradaptasi," tambahnya.

Penerjemah: Indra Arief Pribadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014