Den Haag (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia bersama pimpinan dari 58 negara dan lembaga dunia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir (Nuclear Security Summit) di Den Haag 24-25 Maret 2014.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang dibuka oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte di Den Haag, Senin, sekitar pukul 15.30 waktu setempat atau 21.30 WIB itu merupakan yang ketiga sejak KTT pertama di Washington DC Amerika Serikat pada 2010 dan kedua di Seoul, Korea Selatan, pada 2012.

Delegasi pemerintah RI dipimpin oleh Wakil Presiden Boediono mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Turut menyertai Wapres pada pembukaan KTT itu antara lain Menlu Marty Natalegawa, Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jazi Eko Istiyanto, dan Dirjen Multilateral Kemlu Hasan Kleib.

Kepala Negara/Pemerintahan yang hadir antara lain Presiden AS Barack Obama, Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden. Nigeria Goodluck Jonathan, dan PM Jepang Shinzo Abe.

Sekjen PBB Ban Ki-moon, Dirjen Badan Energi Atom Internaisonal (IAEA) Yukiya Amano, Sekjen Interpol Ronald Noble, Presiden Dewan Eropa Herman Von Rompuy, dan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barosso.

PM Belanda Mark Rutte dalam sambautan pembukaannya mnegatakan pembahasan diksusi dalam KTT dua hari fokus pada pertanyaan bagaimana mencegah terorisme nuklir.

"Atau lebih persisnya bagaimana kita memastikan bahan nuklir tidak betrada di tangan para teroris dan bahan nuklir digunakan lebih efisien dan disimpan secara aman," katanya

Mark Rutte menyebut langsung Obama sebagai orang yang bertanggung jawab mengangkat isu keamanan nuklir sebagai isu internasional.

Mark mengatakan terdapat hampir 2.000 ton senjata berbahan nuklir di seluruh dunia.

Untuk itu posisi perlu upaya bersama mengatasi masalah itu.

Kelanjutan upaya

Wakil Presiden akan bergabung dengan para kepala negara/pemerintahan dari 58 negara, Sekretaris Jenderal PBB, dan pimpinan empat organisasi internasional membahas kelanjutan upaya peningkatan keamanan nuklir di tingkat nasional, regional, dan global.

Disebutkan bahwa KTT akan membahas berbagai capaian dari sejumlah inisiatif dan komitmen para pemimpin yang disepakati di KTT I pada tahun 2010 di Washington DC, AS, dan KTT II pada tahun 2012 di Seoul, Korea Selatan.

Beberapa isu penting yang akan dibahas, antara lain kerja sama internasional dalam penguatan arsitektur keamanan nuklir, upaya meningkatkan keamanan bahan nuklir, dan sumber radioaktif, termasuk fasilitas nuklir, partisipasi sektor industri dalam keamanan nuklir, pemberlakuan Convention on the Physical Protection of Nuclear Material (CPPNM) dan amendemennya, serta mendorong ratifikasi International Convention for the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism (ICSANT).

Pada KTT kali ini, Wakil Presiden Boediono dijadwalkan menyampaikan beberapa capaian dan dukungan Indonesia kepada upaya-upaya di bidang keamanan nuklir, seperti melanjutkan pemasangan Radiological Portal Monitors (RPM) di pelabuhan-pelabuhan laut Indonesia, pengesahan ICSANT, dan upaya Indonesia menyusun model legislasi nasional tentang keamanan nuklir yang disebut "National Legislation Implementation Kit on Nuclear Security (NLIK)".

Inisiatif Indonesia dalam bentuk model legislasi tersebut telah didukung oleh 28 negara peserta NSS dan dalam "The Hague Communiqu" terdapat pengakuan terhadap pentingnya penyusunan model legislasi sebagai bagian dari upaya memperkuat legislasi di bidang keamanan nuklir.

Direncanakan NLIK akan secara resmi diluncurkan dan disampaikan khusus dalam pernyataan Wakil Presiden RI pada KTT Keamanan Nuklir di Belanda.

(B009/Z002)

Pewarta: Budi Setiawanto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014