Washington (ANTARA News) - Standard & Poor's (S&P) memangkas peringkat kredit Brazil satu tingkat pada Senin (24/3), mengutip sinyal kebijakan pemerintah yang tidak jelas ketika menghadapi situasi fiskal lemah dan pertumbuhan lambat.

S&P menempatkan peringkat Brazil di BBB minus, tingkat terendah untuk utang layak investasi menurut lembaga itu.

Lembaga pemeringkat itu mengubah proyeksinya dari negatif ke stabil, artinya kemungkinan tidak akan ada penurunan saat ini, melegakan politisi di Brasilia dan pasar uang.

S&P mengatakan penurunan peringkat mencerminkan slippage atau keselipan dalam keseimbangan fiskal pemerintah dan prospek pertumbuhan yang lambat selama tahun-tahun mendatang akan membuat pemerintah kurang mampu memperkuat keseimbangan.

Lembaga itu juga mengutip melemahnya akun eksternal dan "keterbatasan kemampuan untuk menyesuaikan kebijakan menjelang pemilihan presiden Oktober."

Kedua faktor siklus dan struktural itu berada di belakang prospek pertumbuhan, kata S&P menunjuk pada investasi yang rendah, hanya 18 persen dari PDB tahun lalu.

"Gabungan, faktor-faktor ini menggarisbawahi berkurangnya ruang pemerintah untuk bermanuver dalam menghadapi guncangan eksternal," kata lembaga itu seperti dilansir kantor berita AFP.

Lembaga itu juga menyebutkan bahwa pada saat yang sama, utang luar negeri bersih meningkat namun masih "dapat dikelola."

"Beban utang pemerintah umum Brazil tinggi, namun komposisinya tetap solid ... Faktor-faktor ini mendukung peringkat rendah layak investasi," kata S&P.

S&P memperingatkan bahwa setelah pemilihan presiden sekalipun, prospek pemerintah melakukan penyesuaian kebijakan yang diperlukan tidak kuat.

Meskipun ada pemotongan anggaran baru-baru ini, pemerintah akan sulit untuk mencapai target surplus 1,9 persen dari PDB karena pertumbuhan lambat dan berlanjutnya kebijakan pembebasan pajak.

S&P memperkirakan pertumbuhan 1,8 persen pada tahun ini, meningkat sedikit menjadi 2,0 persen pada 2015.

"Kami masih memperkirakan investasi sektor swasta secara keseluruhan tetap lemah karena berlanjutnya sentimen bisnis negatif serta sikap menunggu dan melihat terkait dengan pemilu," kata lembaga pemeringkat itu.

(Uu. S004)
 

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014