Ketua Hiswana Migas, Eri Purnomohadi dalam forum bisnis di Jakarta, Kamis mengatakan, harga BBG saat ini sudah tidak ekonomis.
"Dengan harga hanya Rp 3.100 per LSP (liter setara premium), BBG sulit berkembang, karena pengusaha rugi dengan harga sebesar itu," ujarnya.
Menurut dia, selain ekonomis, harga Rp4.500 per LSP juga masih kompetitif bagi konsumen dibandingkan premium bersubsidi sebesar Rp6.500 per liter.
"Harga Rp4.500 per LSP cukup ideal saat ini. Konsumen pastinya juga mempertimbangkan harga murah," ujarnya.
Eri merinci, pengusaha membeli gas alam dengan harga 4,72 dolar AS per MMBTU.
Dengan kurs Rp12.000 per dolar AS, maka harga bahan baku gas tersebut sudah Rp2.020 per LSP.
"Sisanya Rp1.080 untuk komponen investasi, operasi dan pemeliharaan, pajak-pajak, dan marjin," katanya.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Herman Agustiawan mengatakan, pemanfaatan BBG harus menguntungkan kedua pihak yakni pengusaha dan konsumen.
"Kalau tidak, maka BBG tidak bisa berkembang secara signifikan dalam bauran energi nasional," ujarnya.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014