Bandung (ANTARA News) - Indonesia sebagai negara agraris masih menempati peringkat 70-an dunia di bidang tingkat ketahanan pangan, kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Dr Drajat Sudrajat di Bandung, Kamis.

"Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk meningkatkan Ketahanan Pangan karena memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya dan pasar yang potensial," kata Drajat Sudrajat.

Dia mengemukakan hal itu pada seminar "Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Program Diversifikasi Pangan Nasional" di Kampus Universitas Padjadjaran.

Menurut Drajat, Indonesia masih harus mengejar ketertinggalan dari negara-negara seperti India, Vietnam, bahkan Singapura yang pada saat ini termasuk negara dengan ketahanan pangan cukup baik dunia.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian Prof Dr Achmad Suryana.

Menurut Achmad, Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang potensial serta memiliki kinerja ekonomi dan dinamika pasar pangan yang cukup baik.

"Bila semua ini diramu dengan baik, maka ketahanan pangan Indonesia bisa dibangun sehingga bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain," kata Achmad.

Menurut Achmad, diversifikasi atau penganekaragaman produk pertanian juga mampu meningkatkan ketahanan pangan. Alasannya, kekayaan biodiversitas pangan nabati dan hewani cukup besar dan beragam.

Ia mencontohkan komoditas yang sudah dikembangkan antara lain sagu, jagung, ubi kayu, ubi jalar, shorgum dan talas Jepang.

Sementara itu Wakil Ketua Komisi IV DPR Bidang Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Kehutanan, serta Pangan H Herman Khoeron menyebutkan persoalan pangan saat ini telah menjadi hal yang sangat krusial.

"Pangan bukan lagi hal strategis dan pokok namun telah menjadi persoalan HAM," kata Herman.

Menurut dia, DPR mendukung regulasi kebijakan pemerintah dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional. Salah satunya adalah melalui UU Pangan No. 18 Tahun 2012.

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014