Semarang (ANTARA News) - Satinah, tenaga kerja Indonesia asal Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang terancam hukuman pancung, menitipkan anak kepada kakaknya.

"Minggu (23/3), Satinah menelepon dari penjara Arab Saudi. Yang menerima Nur Apriana (anak Satinah) dan suami saya (kakak Satinah, Paeri)," kata Sulastri (39) kakak ipar Satinah di Ungaran, Jumat.

Warga RT 2/RW 3 Dusun Mrunten Wetan, Desa Kalisidi, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang itu mengakui komunikasi dengan Satinah selama ini dilakukan melalui sambungan telepon meski tidak bisa setiap saat.

Istri dari Paeri (46) kakak kandung Satinah itu menjelaskan setiap narapidana di penjara Arab Saudi, termasuk Satinah diberikan waktu untuk menelepon keluarga atau kerabatnya sekitar satu bulan sekali.

"Satinah menanyakan kabar Nur, keluarga, perkembangan kasusnya sampai sekarang. Satinah tidak tahu perkembangan kasusnya karena berada di penjara," katanya.

Dalam pembicaraan dengan Paeri, kata dia, Satinah sempat menitipkan putri semata wayangnya kepada keluarga kakaknya tersebut, termasuk menikahkan jika memang sudah ada pria yang melamar Nur Apriana.

"Titip Nur. Nek ono sing seneng, Nur seneng, dinikahke. Ojo ngenteni aku (Titip Nur. Kalau ada yang melamar, Nur suka, dinikahkan saja. Jangan menungguku, red.)," katanya, menirukan pesan Satinah kepada Paeri.

Namun, Sulastri mengakui, sejauh ini Nur memang belum menyampaikan keinginan untuk menikah, apalagi putri semata wayang Satinah itu masih berusia relatif muda, yakni 20 tahun dan baru saja masuk kuliah.

"Ya, biasa kalau anak muda mungkin pacaran. Tetapi, belum ada yang melamar. Nur juga belum menyampaikan keinginan untuk menikah. Sekarang ini, Nur masih sibuk mengurusi kuliahnya, sambil bekerja," katanya.

Ia menceritakan Nur sudah ikut keluarga pamannya itu sejak kelas IV SD setelah Satinah berpisah dengan suaminya.

"Satinah juga sempat mengatakan, Kita mungkin tidak bertemu di dunia, tapi pasti bertemu di akhirat. Insya Allah kalau niat kita baik, pasti dapat pertolongan," katanya.

Sebagai keluarga, Sulastri selama ini mengenal Satinah sebagai pribadi pekerja keras yang tak kenal lelah mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, terutama putri kesayangannya agar bisa sekolah dan kuliah.

"Kami tak henti-hentinya berdoa agar Satinah bisa segera pulang dengan selamat. Mudah-mudahan keluarga korban (Nura Al Gharib) bisa memaafkan agar Satinah bisa terhindar dari hukuman pancung," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014