Jakarta (ANTARA News) -  Kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia sejak tahun 2012 menurun bila dibandingkan dengan tahun 1990.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P(K), DTM&H, MARS, mengatakan jumlah kejadian TB semua kasus pada tahun 2012 adalah 185/100.000 penduduk.

Pada tahun 1990, jumlahnya mencapai 206/100.000 penduduk.

Sementara itu, jumlah mortalitas pada tahun 2012  berada di angka 27/100.000 penduduk.

Tahun 1990 jumlahnya adalah 92/100.000.

"Angka kejadian, prevalensi, sudah diturunkan tapi belum 0. Mortalitas turun 75 persen," kata Tjandra saat jumpa pers Simposium Nasional Hari TB Sedunia, di Jakarta Minggu siang.

Pada tahun 2000, angka kesembuhan pasien TB mencapai 87 persen. Tahun 2012 jumlahnya meningkat menjadi 90 persen.

Ia mengatakan di tingkat global, dunia mencanangkan tingkat kesembuhan TB sebanyak 85 persen.

Kuman penyebab TB, Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh RObert Koch pada tahu 1882.

Menurut Tjandra, hingga kini belum ada satu negara pun yang terbebas dari TB.

Tahun 2000, lanjutnya, TB dimasukkan ke dalam Millenium Development Goals (MDGs).

Meski angka kasus TB telah menurun, Tjandra mengatakan Indonesia masih mengalami masalah dalam penanganan TB.

Salah satunya adalah belum adanya obat dan vaksin temuan terbaru. Hal ini tidak hanya berlaku bagi Indonesia, namun dunia.

Dr. Zulkifli Amin, PhD, FCCP, internis pulmonologi FKUI, berpendapat masih ada keengganan pasien untuk memeriksakan diri.

Pengobatan TB yang memakan waktu 6-8 bulan pun menimbulkan hambatan baik dari segi biaya maupun kontinuitas mengonsumsi obat.

"Kalau sudah seminggu minum obat, badan sudah enak, jadi berhenti berobat," katanya, saat dijumpai di acara yang sama.

Untuk itu, pasien TB hendaknya diberikan pendamping.

Di Indonesia, pendampingan umumnya dilakukan oleh keluarga atau orang terdekat. Sayangnya, tidak semua pendamping memiliki pengetahuan yang cukup.

"Kalau budget pemerintah bagus, mungkin bisa pekerja sosial," tambahnya.

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014