Jakarta (ANTARA News) - Sebuah studi menyimpulkan bahwa orang yang terlalu kurus menghadapi risiko kematian yang sama dengan mereka yang menderita obesitas.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tim dari St. Michael’s Hospital di Toronto, Kanada,  orang dewasa yang kurus, yakni BMI (body mass index) kurang dari 18,5, punya risiko kematian 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan orang dengan berat badan normal, yakni dalam rentang BMI 18,5 -  24,9.

Risiko kematian juga meningkat pada perokok, pengonsumsi alkohol dan penderita penyakit paru-paru.

Hasil penelitian juga menemukan bagi penderita obesitas yakni dengan BMI berkisar antara 30- 34,9 , risiko kematian yang dihadapi adalah 1,2 kali lebih tinggi dari rata-rata.

Lebih buruk lagi, orang yang dianggap sangat gemuk memiliki risiko kematian lebih tinggi yakni 1,3 kali dari rata-rata .

Untuk sampai pada hasil ini, tim peneliti mempelajari 51 studi tentang hubungan BMI dan kematian selama lima tahun terakhir atau lebih. 

Dalam penelitian ini, mereka juga mempertimbangkan sejumlah faktor seperti perilaku merokok, konsumsi alkohol, penyakit paru-paru dan lainnya untuk menggambarkan hubungan (faktor ini membentuk kurva J).

Dokter dan peneliti studi, Dr. Joel G Ray dalam penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Epidemiology and Public Health ini juga mengkritik penggunaan BMI sebagai ukuran tunggal standar kesehatan.

"BMI tidak hanya mencerminkan lemak tubuh , tetapi juga massa otot. Jika kita ingin terus menggunakan BMI dalam perawatan kesehatan masyarakat , kita harus menyadari bahwa individu yang kuat dan sehat adalah  yang memiliki lemak tubuh dalam jumlah wajar dan tulang dan otot yang kuat," katanya dalam  pernyataan seperti dilansir Medical Daily.

Ray menyarankan dokter mengganti BMI dengan pengukur lain seperti lingkar pinggang.


Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014