Jakarta (ANTARA News) - Mantan tokoh Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia Dipo Alam menyatakan ada perbedaan antara Gubernur DKI Jakarta periode 1966-1977 Ali Sadikin dan Gubernur DKI sekarang Joko Widodo (Jokowi).

"Ali Sadikin beda sama Jokowi. Kualitas dan kompetensinya membuat saya rela ditahan Soeharto ketika mencalonkan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai calon presiden," katanya di Jakarta, Selasa malam.

Dipo Alam pernah ditahan penguasa Orde Baru, antara lain karena mencalonkan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin sebagai Presiden menjelang Sidang Umum MPR, Maret 1978.

Majalah berita mingguan memberitakan bahwa menjelang pemilihan presiden pada 2014, nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo muncul sebagai calon presiden. Kisahnya mirip dengan yang terjadi pada Ali Sadikin pada 1977. Bedanya, Jokowi didukung PDI Perjuangan, sedangkan Ali disokong oleh dua mahasiswa Universitas Indonesia Dipo Alam dan Bambang Sulistomo.

Dipo Alam yang kini menjabat Sekretaris Kabinet hanya tertawa ketika ditanya mengapa tidak menyokong pencalonan Jokowi seperti ketika pada tahun 1977 menyokong pencapresan Ali Sadikin.

"Beda dong, beda," ujarnya.

Menurut Dipo, tidak ada Gubernur DKI Jakarta yang sekelas dan sehebat Ali Sadikin, termasuk Jokowi yang saat ini merupakan capres yang memiliki popularitas tinggi.

Ali Sadikin berhenti sebagai Gubernur DKI Jakarta dengan Keputusan Presiden Nomor 70 M/1977 tertanggal 15 Juni.

Sebulan sebelumnya dua mahasiswa yaitu Dipo dan Bambang Sulistomo mencalonkannya untuk kursi presiden di tengah masyarakat yang takut menyatakan pendapat.

"Sekarang orang bebas mencalonkan siapa saja untuk jadi capres. Dulu saya harus masuk penjara untuk keberanian mencalonkan Ali Sadikin sebagai presiden," kenang Dipo.

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014