Biasanya, mencuci empon-empon (bumbu dapur) itu memakan waktu lama, apalagi bila dilakukan satu per satu dan jumlahnya banyak
Surabaya (ANTARA News) - Dua dosen teknik Universitas Katolik Widya Mandala (WM) Surabaya, Jawa Timur, telah menemukan mesin cuci untuk mencuci rimpang "empon-empon" (umbi tanaman untuk jamu).

"Biasanya, mencuci empon-empon (bumbu dapur) itu memakan waktu lama, apalagi bila dilakukan satu per satu dan jumlahnya banyak," kata dosen Teknik Industri WM, Ir Hadi Santoso MM, di Surabaya, Kamis.

Oleh karena itu, dosen yang suka mengotak-atik mesin itu mengajak rekannya, Yuliati SSi, MT, yang juga dosen Teknik Elektro WM untuk merancang mesin cuci rimpang empon-empon.

"Tingkat kesulitan (pembuatan alat/mesin) ada pada detailnya, seperti akurasi pengaturan peletakan sikat," tuturnya.

Hasilnya, karya mereka memenangkan penghargaan Juara II Lomba Teknologi Tepat Guna Tingkat Kota Surabaya Tahun 2014.

"Proses dari munculnya ide rancangan hingga pembuatan mesin itu memakan waktu sekitar 3-4 bulan," ujar Hadi ketika ditemui di Pusat Penelitian Obat Tradisional (PPOT) WM.

Hadi mencontohkan kunyit tidak boleh dicuci terlalu lama, karena akan merusak tekstur kunyit. "Kunyit itu bila dicuci terlalu lama, teksturnya akan pecah-pecah dan kualitasnya menurun. Paling lama hanya boleh 1-2 menit," ungkapnya.

Atas dasar alasan higienis tersebutlah maka perlu alat dan metode yang lebih efisien untuk mencuci dan memotong rimpang empon-empon.

Selanjutnya, mereka melakukan penelitian yang didanai oleh pemerintah. Keduanya berharap alat ini dapat membantu Usaha Kecil Menengah untuk lebih mengembangkan usahanya.

"Alat ini juga bisa dipakai untuk mencuci komoditas lokal, misalnya kacang tanah," katanya, sembari menunjukkan proses pengoperasian alat pencuci rimpang empon-empon itu.

Alat itu sekarang dipergunakan untuk memproduksi jamu.

"Dengan alat ini, proses pengerjaan jamu menjadi lebih cepat, sehingga industri UKM jamu Indonesia dapat menjamin kehigienisan dan kualitas produknya serta mampu bersaing dengan obat non-tradisional," katanya.

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014