Kita harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan tindakan provokatif lebih lanjut dari Korea Utara dan mengambil langkah-langkah untuk menghentikan dan menggagalkan tindakan provokatif itu."
Seoul (ANTARA News) - Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye pada Senin menyerukan untuk memperketat kewaspadaan terhadap Korea Utara, beberapa hari setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un mengeluarkan peringatan tentang "situasi yang sangat serius" di semenanjung Korea.

Dalam pertemuan dengan para pejabat Korsel, Presiden Park menekankan bahwa Korea Utara baru-baru ini melakukan beberapa ancaman melalui uji coba nuklir, seperti uji tembak rudal dan pelemparan peluru artileri di perbatasan laut.

Selain itu, selama bulan lalu di Korsel, terdengar tiga gemuruh pesawat yang diduga diterbangkan dari Korut untuk mengintai fasilitas militer Korea Selatan.

"Kita harus menganggap situasi ini serius karena Korea Utara telah terus-menerus menembakkan rudalnya dan mengintensifkan pengintaian," kata Park.

"Kita harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan tindakan provokatif lebih lanjut dari Korea Utara dan mengambil langkah-langkah untuk menghentikan dan menggagalkan tindakan provokatif itu," lanjutnya.

Park mengatakan infiltrasi yang dilakukan Korut itu telah menunjukkan adanya "celah dalam sistem pengawasan pertahanan anti-udara dan darat" Korsel.

"Penanggulangan harus cepat dilakukan dan pertahanan fasilitas-fasilitas utama juga harus ditingkatkan," katanya.

Menteri Pertahanan Korsel Kim Kwan-Jin mengatakan pihak Korut akan mampu mengembangkan pesawat pengintainya untuk terorisme.

"Jika (Korea Utara) telah mengembangkan pesawat udara tak berawak untuk keperluan pengintaian guna meningkatkan kemampuan pengawasannya yang relatif lemah, maka kemungkinan Korut akan dapat mengembangkan pesawat untuk tujuan infiltrasi dan terorisme di masa depan," ujarnya.

"Kita harus memperkuat kesiapan militer kita untuk dapat memantau, mendeteksi, mengidentifikasi dan menyerang (pesawat pengintai Korut) dengan aset militer yang ada di sepanjang perbatasan," kata Kim seperti dikutip oleh kantor berita Yonhap.

Kementerian Pertahanan Korsel pada Senin memerintahkan unit-unit militer di seluruh negeri itu untuk mencari pesawat pengintai Korut lainnya yang mungkin telah jatuh.

Pemimpin muda Korut Kim pekan lalu mengatakan situasi yang "sangat serius" sedang terjadi di semenanjung Korea.

Ketegangan militer antara kedua Korea telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, dengan adanya serentetan tes rudal dan roket oleh pihak Korut.

Kedua belah pihak juga telah saling bertukar tembakan artileri ke arah laut melintasi perbatasan, dan Pyongyang telah mengancam akan melakukan uji coba nuklir baru.

Dalam pertemuan dengan para pemimpin militernya, Kim menyalahkan pihak Amerika Serikat dan Korsel untuk perselisihan yang terjadi saat ini, dengan mengatakan mereka telah menginjak-injak tawaran perdamaian dari Korea Utara.

Kim mengatakan bahwa meskipun Korea Utara menunjukkan gerakan damai, Korea Selatan dan Amerika Serikat telah memicu perselisihan dengan pelaksanaan latihan militer bersama, yang dinilai Pyongyang sebagai latihan untuk invasi.

Latihan militer tahunan Korsel-AS yang dimulai pada bulan Februari itu akan berakhir pada Jumat pekan depan.

Pada 31 Maret, Korea Utara melakukan latihan uji tembak artileri di sepanjang perbatasan laut yang disengketakan dengan Korea Selatan.

Setelah beberapa bom milik Korut melewati perbatasan, Korea Selatan meresponnya, dan akhirnya kedua belah pihak menembakkan ratusan peluru artileri ke wilayah perairan masing-masing.

Aksi saling tembak itu terjadi sehari setelah Korea Utara memperingatkan akan adanya pelaksanaan tes nuklir jenis "baru" - kemungkinan hal itu merujuk pada perangkat nuklir berbasis uranium atau hulu ledak miniatur yang cukup kecil untuk dimasukkan dalam sebuah rudal balistik.

Meskipun laporan intelijen Korea Selatan mengatakan tidak ada tanda-tanda jelas akan dilakukannya tes tersebut, para analis menekankan bahwa Korut menunjukkan sikap yang sama seperti sebelum melakukan uji tembak rudal belum lama ini.


Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014