Jakarta (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Pol Sutarman memastikan pelaku penembakan di Kabupaten Puncak Jaya, Papua, berasal dari kelompok sipil bersenjata.

"Pelaku bukan Organisasi Papua Merdeka, tapi kelompok sipil bersenjata," kata Sutarman kepada ANTARA  di Jakarta, Kamis.

Sutarman juga menegaskan kontak senjata antara kelompok tersebut dan Batalion 751 itu tidak terkait dengan Pemilu 2014.

"Tidak terkait pemilu," katanya.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigjen TNI Andika Perkasa mengatakan TNI masih mengejar kelompok radikal bersenjata di Papua setelah kontak senjata antara Batalion 751 Raider dan kelompok itu di Kabupaten Puncak Jaya.

"Kami terus melakukan pengejaran terhadap enam orang yang melarikan diri saat kontak senjata terjadi. Mereka melarikan diri ke jurang di sekitar tempat kejadian, namun dipastikan beberapa di antara mereka luka-luka," katanya saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Rabu malam.

Ia mengatakan anggota Kodam 17 Cenderawasih sudah mencium pergerakan kelompok radikal bersenjata di wilayah Kabupaten Puncak Jaya berdasarkan pengolahan informasi intelijen sejak sepekan terakhir.

Kodam 17 Cendrawasih menindaklanjuti informasi intelijen itu dengan menugaskan satu tim Patroli yang terdiri atas tujuh orang yang dipimpin oleh Kapten Suchori dari Satgas Pengamanan Daerah Rawan, Batalion 751 Raider.

"Ternyata, apa yang diinformasikan intelijen benar, pada Rabu sekitar pukul 08.05 WIT, terjadi kontak tembak antara tim dari Batalion 751 Raider dan kelompok radikal bersenjata yang berjumlah tujuh orang di Puncak Senyum, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya," katanya.

Akibatnya, Waniyo Enumbi dari Kelompok Philia yang dipimpin oleh Rambo/ Engkaranggo Wonda, tewas dan enam orang lainnya melarikan diri. Sementara dari pihak Tim Batalion 751 Raider tidak ada korban luka-luka.

"Tim patroli berhasil mengambil satu pucuk senjata laras panjang jenis SS-1 V-5, panah, parang dan tombak," kata Andika.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014