Jakarta (ANTARA News) - Sastrawan I Gusti Ngurah Putu Wijaya hari ini memperingati hari jadinya yang ke-70.

Sore ini, 70 tahun usia Putu Wijaya ditandai dengan peluncuran buku "Bertolak Dari yang Ada" di Serambi Salihara. "Bertolak Dari yang Ada", berisi kumpulan esai tentang Putu Wijaya dari orang-orang yang mengenalnya.

Goenawan Mohamad, dalam sambutan Jumat, memuji kemampuan Putu Wijaya untuk fokus pada satu pekerjaan. Putu, di mata Goenawan, menghabiskan waktunya untuk mencipta. Dida tidak hanya mencipta, tapip menghasilkan sesuatu yang tidak terduga.

Sementara itu, Butet Kartaredjasa mengenang bagaimana ia bisa mengenal sosok Putu Wijaya, yang adalah teman ayahnya Bagong Kussudiardjo.

Putu Wijaya mengenang percakapannya 12 tahun yang lalu dengan Goenawan. "Tak ada yang perlu dibanggakan ketika usia bertambah" begitu katanya.

"70 tahun, saya harus membuat evaluasi," kata Putu Wijaya.

Ia pun meminta teman-temannya untuk membuat tulisan tentang dirinya. Turut menulis dalam buku "Bertolak Dari yang Ada" antara lain Dahlan Iskan, Seno Gumira Ajidarma, Taufiq Ismail, Gde Dharna, Ajip Rosidi, Remy Sylado, Ikranagara, Nyoman Nuarta, Happy Salma, Ananda Sukarlan, Niniek L. Karim, dan Dolorosa Sinaga.

Inspirasi

Di wawancara terpisah, Taksu Wijaya (18), putra Putu Wijaya dan Dewi Pramunawati, mengatakan sang ayah tetap aktif menulis di usianya yang senja ini.

Sebelum sakit, bagian kiri tubuh Putu Wijaya mengalami kendala akibat stroke, ayahnya menulis menggunakan komputer. Kini, ia menulis menggunakan telepon genggam Blackberry.

"Nulis dengan satu tangan aja. Tapi, sehari minimal 2-3 cerpen," kata Taksu.

Ketika sedang menulis, Putu justru senang diganggu oleh  keluarganya.

"Itu tandanya, keluarganya ingin berbicara, ingin mengambil waktunya. Ada cinta di situ. Dia senang," katanya.

Putu Wijaya juga yang mengenalkan Taksu kepada dunia teater, yang kini dilakoninya. Ia juga mengikuti jejak ayahnya, menulis. Meski begitu, ia mengaku gaya berceritanya berbeda dengan sang ayah.

"Saya ingin melihat saya menjadi mirip ayah. Bisa seperti ayah. Prosesnya mungkin beda. Waktunya juga berbeda. Suatu hari, saya akan usaha, terus mencoba, bertolak dari yang ada, meraih tingkat seperti Papa sekarang," tutupnya.(*)

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014