Kairo (ANTARA News) - Seorang mahasiswa tewas tertembak Senin selama bentrokan antara pendukung Presiden terguling Mohamed Morsi dan polisi di Universitas Kairo, kata beberapa pejabat keamanan.

Bentrokan itu meletus ketika pendukung Morsi melakukan protes di halaman perguruan tinggi tersebut, kata pejabat-pejabat itu, dengan menambahkan bahwa polisi melepaskan tembakan gas air mata dari luar kampus dan menangkap 13 demonstran, lapor AFP.

Kekerasan juga dilaporkan terjadi di Universitas Zagazig, sebelah utara Kairo, dimana tiga mahasiswa cedera dan tiga lain ditangkap.

Mahasiswa pro-Morsi secara rutin melakukan protes di kampus karena operasi penumpasan polisi terhadap para pendukung pemimpin terguling itu memperlemah kemampuan mereka untuk melakukan protes besar di jalan.

Seorang wartawan cedera ketika meliput bentrokan di Universitas Kairo, kata perusahaan tempat kerjanya dan beberapa saksi.

Youm 7, sebuah surat kabar independen, mengatakan, Khaled Hussein terkena tembakan di dada.

Pada 28 Maret, seorang wartawati tewas tertembak di Kairo ketika polisi bentrok dengan kelompok garis keras yang memprotes pencalonan mantan pemimpin militer Abdel Fattah al-Sisi sebagai presiden.

Sisi menggulingkan Morsi pada Juli lalu setelah protes besar di jalan yang menuntut pengunduran diri presiden Islamis tersebut.

Pada Desember, pemerintah Mesir mengumumkan Ikhwanul Muslimin kubu Morsi sebagai organisasi teroris dan melarang keanggotaan dan dukungan bagi gerakan tersebut.

Pengumuman Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris pada 25 Desember disampaikan sehari setelah serangan bom mobil bunuh diri terhadap kantor polisi menewaskan 16 orang, yang diklaim oleh sebuah kelompok Sinai dan dikecam oleh Ikhwanul Muslimin.

Morsi digulingkan oleh militer pada Juli tahun lalu, dan para pendukungnya melakukan protes hampir setiap hari sejak itu.

Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 orang ditangkap di berbagai penjuru negara itu.

Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.

Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.

Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Morsi pada 3 Juli.

Sumber-sumber militer memperkirakan, terdapat sekitar 1.000 militan bersenjata di Sinai, banyak dari mereka orang suku Badui, yang terpecah ke dalam sejumlah kelompok dengan ideologi berbeda atau loyalitas suku, dan sulit untuk melacak mereka di daerah gurun itu.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014