Nemuin challenge, macet, senang banget. Kalau nggak ketemu macet malah jadi tawar-tawar aja
Jakarta (ANTARA News) - Bagaimana rasanya bersepeda di Ibu Kota? Mungkin seniman Kemal Reza Gibran tahu rasanya.

Bising, panas, dan kotornya udara Jakarta yang ia rasakan saat bersepeda ia tuangkan dalam tiga lukisan "Tight", "Firm", dan "Fast".

"Apa yang lo temuin saat bersepeda di Jakarta? Asap semua," katanya saat ditemui di studio di kawasan SCBD Jakarta.

Beradu dengan mobil, berpacu dengan bus kota adalah segelintir hal-hal yang lumrah ditemui saat bersepeda di jalanan Ibu Kota.

Bagi lulusan Fakultas Desain Grafis Institut Kesenian Jakarta itu, memakai sepeda sebagai alat transportasi utama belum masuk kategori yang ideal.

Niat bersepeda agar sehat pupus karena harus menghirup udara yang kotor. Apalagi, belum ada jalur khusus sepeda.

Tantangan bersepeda di Jakarta ia tuangkan dalam warna hitam, latar dari gambarnya itu.

Di balik kerumitan bersepeda di Jakarta, ia masih menemukan kesenangan. Bersepeda sebagai alat transportasi sudah dilakoninya sejak tahun 2003.

Ia pun memilih warna-warna terang, merah, kuning, biru, hijau, untuk mewakili kenikmatan yang dirasanya saat bersepeda.

"Nikmatin aja, mau nggak mau," katanya.

Hambatan-hambatan itu baginya tantangan yang harus dilalui. Ibarat bermain video game, katanya, setiap naik tingkat pasti kesulitan yang dihadapi berbeda.

"Nemuin challenge, macet, senang banget. Kalau nggak ketemu macet malah jadi tawar-tawar aja," ceritanya.

Ia membuat tiga karya sepeda itu untuk dikirim ke Roppongi Art Night 2014.

Ia membuat karyanya dalam versi lentikuler, paling besar berukuran 1 x 0,5 meter, sehingga orang dapat melihatnya dari sisi yang berbeda.

"Gue menggunakan sepeda sebagai alat transportasi gue jadi mengenal Jakarta. Challenge banget di Jakarta buat naik sepeda. Tiap hari ketemu apa, nggak tau."

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014