Riyadh (ANTARA News) - Arab Saudi telah mengganti Kepala Intelijen Pangeran Bandar bin Sultan, tokoh negara itu yang menjadi sorotan terkait dengan konflik Suriah, "atas permintaannya sendiri," kantor berita SPA mengumumkan Selasa.

Dalam maklumat yang dikeluarkan kerajaan, pejabat yang memiliki pengaruh itu "dibebastugaskan...dari jabatannya atas permintaannya sendiri" dan digantikan oleh wakilnya Yousef al-Idrissi, lapor AFP.

Bandar, mantan duta besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat, dipandang luas termasuk tokoh berpengaruh dalam mediator kekuasaan di Timur Tengah dan dipilih sebagai kepala intelijen pada 2012.

Tetapi dia pergi ke luar negeri pada Desember karena alasan kesehatan, dengan para diplomat mengatakan ia telah disisihkan dalam usaha-usaha Saudi mendukung para gerilyawan yang memerangi Presiden Bashar al-Assad.

Mereka mengatakan kebijakan terkait Suriah itu telah dialihkan ke Menteri Dalam Negeri Pangeran Mohammad bin Nayef, yang mematahkan Al Qaida menyusul gelombang serangan-serangan mematikan di negara Teluk itu antara tahun 2003 dean 2006.

Dan pada Februari, Pangeran Mohammad ikut serta dalam suatu pertemuan pimpinan dinas intelijen Arab dan Barat di Washington untuk membahas Suriah, yang menegaskan bahwa Bandar telah disisihkan.

Cara Bandar menangani krisis Suriah telah memicu kritik dari Amerika dan hal itu dibahas selama kunjungan para pejabat AS ke kerajaan tersebut, kata para diplomat.

Menurut para diplomat, Bandar sendiri mencela Washington atas keputusannya untuk tidak campur tangan secara militer di Suriah, dan mencegah para sekutunya memberikan senjata yang sangat dibutuhkan para pemberontak.

Media negara Suriah dan mereka yang bersimpati di Lebanon telah berulang-ulang mencaci Bandar, menudingnya karena mendukung para radikal Muslim Sunni di Suriah.

Arab Saudi telah menjadi pendukung kuat para gerilyawan yang bertempur melawan Bashar.

Selama bertahun-tahun, Bandar memperoleh keberhasilan di pentas dunia.

Misalnya dia berusaha meyakinkan Rusia untuk tidak menentang resolusi PBB guna mengusir pasukan Irak dari Kuwait menyusul invasi Baghdad ke emirat itu tahun 1990.

Bandar juga terlibat dalam kontak-kontak diplomatik atas krisis di Lebanon yang menyebabkan pembunuhan mantan Perdana Menteri Rafiq Hariri tahun 2005. Hariri adalah sekutu kunci Saudi.


Penerjemah: Mohamad Anthoni

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014